Tuesday, October 14, 2014

The Tongue Tie Drama

Hari-hari pertama menyusui si Yoshio sebenarnya tidak terlalu sulit. Well ada drama puting lecet sih. Tapi saya berpikir kan si bayi ini masih belajar dan saya pun juga kembali menyesuaikan diri untuk menjadi busui kembali, jadi ya...saya gak terlalu memikirkan drama ini. Terbukti, setelah 2 minggu berlalu drama puting lecet ini pun menghilang...jadi ya saya santai saja. Apalagi bb Yoshio juga cukup baik.

Lalu begitu memasuki bulan kedua tiba-tiba saja Yoshio mengeluarkan suara seperti berdecak setiap menyusu. Saya coba koreksi perlekatannya..tapi kok ya gak ada perubahan. Seperti layaknya orang tua modern yang lain, di tengah kebingungan itu saya langaung berguru ke mbah google. Lah ya kok malah diarahin ke tongue tie...yang ada saya malah tambah bingung. Sejauh ini bb Yoshio naiknya amat baik, pipisnya juga selalu lebih dr 6x sehari dan gak pernah rewel kayak kurang asi. Yah akhirnya daripada nebak-nebak ditambah suara decakan yang makin dirasa ganggu, saya pun pergi ke klinik laktasi terdekat di hermina bekasi.

Disana saya bertemu dengan dokter Irma. Setelah di review cara menyusu dan juga memeriksa anatomi lidah Yoshio, ternyata Yoshio tongue tie tipe 4 atau posterior toungue tie dan juga lip tie *jengjeeenngg*. Si tongue tie tipe ini memang yang paling gam keliatan karena kayak "ngumpet" di dalam lidah dan hanya ketahuan kalau diraba. Ternyata hal ini juga yang jadi penyebab bocahnya sering muntah. Well..soal yang muntah ini emang gak terlalu dipikirin banget sih..saya cuma mikir si bocah kebanyakan minum atau memang efek belum sendawa saja. Tapi menurut dokter Irma, kedua masalah Yoshio itu membuat banyak udara masuk ke pencernaannya. Makanya Yoshio jadi sering muntah. Tapi memang bb nya yang terbilang baik membuat tongue tie ini gak jd problem gede. Cuma saya sih takut kalau dibiarkan malah jadi nambah masalah nantinya. Akhirny saya dan si ayah setuju untuk meng-insisi Yoshio. Prosesny terbilang cepat. Gak sampai 10 menit Yoshio sudah dikembalikan ke saya untuk langsung disusui. Setelah itu saya langsung diajari "senam lidah" yang tujuannya agar si luka insisi tidak menutup kembali.

Saya kira masalahnya sudah selesai sampai disitu. Tapi ternyata dramanya masih berlanjut saudara-saudara! *lap keringet* Yoshio masih juga "berbunyi" saat menyusu dan masih juga muntah. Saya sempat berpikir apa jangan-jangan luka insisi-nya sudah menutup jadi lidah Yoshio tetap tertahan. Atau jangan-jangan malah insisinya kurang bagus jadi harus diulang. Ah well akhirnya saya kembali berguru ke mbah google. Ternyata I'm not alone...banyak ibu-ibu yang mengalami kejadian serupa. Well rata2 penjelasannya sih karena si bayi sudah terlanjur nyaman dengan perlekatan yang salah, jadi ya memang harus diajari lagi pelan-pelan.

Di website ini saya menemukan teknik yang disebut "tug of war". Pada dasarnya teknik ini bertujuan untuk melatih kembali si bayi cara menggunakan lidahnya dan juga agar si ikatan ini melentur. Caranya juga cukup mudah, basically si bayi diminta untuk menghisap sesuatu (bisa menggunakan empeng atau jari si ibu) lalu perlahan benda itu ditarik keluar untuk memancing si bayi menarik kembali bendanya dengan lidahnya. Saya melakukan teknik ini 2-3x sehari dan biasanya sekalian dengan senam lidah. Memang sih hasilnya gak langsung kelihatan, tapi setelah sekitar 3 mingguan akhirnya gak ada lagi suara berdecak yang terdengar waktu nenen *yeaayy!!!*. Selain itu ternyata Yoshio juga lebih bisa "diajari" perlekatan yang benar ketika nenen sambil tiduran. Ah well memang posisi menentukan prestASI. Semoga kerikil kerikil kala menyusui di kemudian hari lebih mudah dilewati. Semangat ng-ASI!!!