Sachiko usia beberapa menit |
Setelah melahirkan, saya tidak bisa melakukan IMD. Kondisi bayinya tidak memungkinkan kata para suster yang menemani saya pasca operasi. Saya yang kala itu masih terpengaruh obat bius tidak berpikir macam-macam. Saya hanya berpikir "ah mungkin akan diobservasi satu hari besok sudah bisa diantar ke saya untuk disusui." namun ternyata saya salah. Sachiko harus masuk inkubator dan dia tidak bisa saya susui secara langsung. Sachi juga hampir diberi sufor, beruntung waktu itu ada teman saya yang juga baru melahirkan dan bersedia menyumbangkan ASI ny untuk Sachi.
Hari kedua pasca operasi, dada saya bengkak dan Alhamdulillah ASI saya keluar, bahkan sampai merembes ke daster. Tapi sayang, si mungil Sachi belum boleh disusui secara langsung. Mulailah saya memompa ASI dan menyetok demi kebutuhan ASI bayi mungil saya. Hasil perahan pertama saya cuma bisa mbasahin pantat botolnya aja. Sempet deg-deg an dan stress karena takut gak cukup. Gimana enggak, suami saya bilang Sachi "dijadwal" minum 15ml per 3 jam...tentu hal itu bikin saya kejer2an dengan stoknya.Untungnya banyak temen-temen yang dateng bikin saya relax dan akhirnya ASI pun berhasil mengucur deras dan stok pun aman :D.
hasil pumping perdana |
Hari hari berikutnya drama baru dimulai. Karena Sachi dianggap memiliki reflek hisap yang lemah, jadilah ia dikenalkan pada dot di hari ketiga. Saya yang masih belum bisa menyusui secara langsung hanya bisa pasrah karena tidak tahu kalau sebenarnya "latihan" itu tidaklah perlu.
Saya baru bisa menyusui secara langsung pada hari keenam. Saat itu pula akhirnya saya bisa mendekap dan menciumi bayi saya dari dekat. Pengalaman pertama saya menyusui Sachi berlangsung cukup membingungkan karena saya tidak dipandu secara khusus oleh ahli laktasi. Sebenarnya suster di perina sudah mencoba membantu, namun karena banyak bayi yang juga butuh dipantau maka saya lebih banyak mengandalkan ingatan dan insting.
pertama kali menyusui si mungil |
Masalah tidak berhenti sampai di situ. Well karena Sachi termasuk kategori bayi berat lahir rendah, ia rentan banget kena breastmilk jaundice. Ketika usianya baru 4 hari bilirubinnya sempat naik dan ia pun harus di fototerapi selama dua hari. Lalu ketika usianya 9 hari bilirubinnya naik lagi...jadilah Sachi yang harusnya sudah bisa pulang terpaksa menginap di perina sehari lagi.
Akhirnya pada hari kesepuluh Sachiko kondisinya sudah memungkinkan untuk pulang. Mulailah saya menyingkirkan semua dot dari rumah dan menggunakan teknik spoon feeding sembari mengajari dan membujuk Sachi agar mau menyusu langsung. Keadaan yang jika diingat kembali cukup melelahkan secara fisik maupun mental. Tak jarang saya menangis dan bahkan "marah" ke Sachi karena dia sudah "menolak" saya. Tampaknya baby blues memang mampir ke diri saya kala itu.
Untung saya orangnya ngotot :p jadi meski saya lelah dan sedikit frustasi, saya terus maju pantang mundur karena saya mau kayak teman-teman saya yang lain...bisa nyusuin langsung! Dan ke "ngototan" saya itu akhirnya berbuah manis juga. Tepat satu minggu setelah Sachi "dilatih" (dan dirayu setiap waktu) akhirnya dia mau juga menyusu langsung ke saya. Rasa senangnya tak bisa digambarkan dengan kata-kata yang pasti ada rasa LEGA yang besar banget begitu akhirnya dia mau nempel di payudara tanpa penolakan.
Sekarang Sachiko sudah mulai MPASI. Perjuangan ngASI saya akhirnya menjadi (sedikit) lebih ringan, tapi perjalanan saya masih panjang. Saya amat bersyukur masih terus diberi kesempatan memberi ASI pada Sachi hingga saat ini dan semoga kesempatan ini bisa terus ada hingga 2 tahun atau lebih, karena saya yakin ASI lah yang terbaik untuk bayi saya.
So give your best shot mommies, because breastfeeding is the best option for you and your baby :)
Nice blog! i love the post
ReplyDeletekeep it up :D
visit and follow my blog
http://batavianist.blogspot.com/
Aku terharu bacanya. Kiss buat Sachi, ya :*
ReplyDelete@nenglita
ReplyDeleteawww..thank youuu :) kiss balik dari Sachi :*