Monday, June 22, 2015
Another 1st Birthday
Tuesday, October 14, 2014
The Tongue Tie Drama
Hari-hari pertama menyusui si Yoshio sebenarnya tidak terlalu sulit. Well ada drama puting lecet sih. Tapi saya berpikir kan si bayi ini masih belajar dan saya pun juga kembali menyesuaikan diri untuk menjadi busui kembali, jadi ya...saya gak terlalu memikirkan drama ini. Terbukti, setelah 2 minggu berlalu drama puting lecet ini pun menghilang...jadi ya saya santai saja. Apalagi bb Yoshio juga cukup baik.
Lalu begitu memasuki bulan kedua tiba-tiba saja Yoshio mengeluarkan suara seperti berdecak setiap menyusu. Saya coba koreksi perlekatannya..tapi kok ya gak ada perubahan. Seperti layaknya orang tua modern yang lain, di tengah kebingungan itu saya langaung berguru ke mbah google. Lah ya kok malah diarahin ke tongue tie...yang ada saya malah tambah bingung. Sejauh ini bb Yoshio naiknya amat baik, pipisnya juga selalu lebih dr 6x sehari dan gak pernah rewel kayak kurang asi. Yah akhirnya daripada nebak-nebak ditambah suara decakan yang makin dirasa ganggu, saya pun pergi ke klinik laktasi terdekat di hermina bekasi.
Disana saya bertemu dengan dokter Irma. Setelah di review cara menyusu dan juga memeriksa anatomi lidah Yoshio, ternyata Yoshio tongue tie tipe 4 atau posterior toungue tie dan juga lip tie *jengjeeenngg*. Si tongue tie tipe ini memang yang paling gam keliatan karena kayak "ngumpet" di dalam lidah dan hanya ketahuan kalau diraba. Ternyata hal ini juga yang jadi penyebab bocahnya sering muntah. Well..soal yang muntah ini emang gak terlalu dipikirin banget sih..saya cuma mikir si bocah kebanyakan minum atau memang efek belum sendawa saja. Tapi menurut dokter Irma, kedua masalah Yoshio itu membuat banyak udara masuk ke pencernaannya. Makanya Yoshio jadi sering muntah. Tapi memang bb nya yang terbilang baik membuat tongue tie ini gak jd problem gede. Cuma saya sih takut kalau dibiarkan malah jadi nambah masalah nantinya. Akhirny saya dan si ayah setuju untuk meng-insisi Yoshio. Prosesny terbilang cepat. Gak sampai 10 menit Yoshio sudah dikembalikan ke saya untuk langsung disusui. Setelah itu saya langsung diajari "senam lidah" yang tujuannya agar si luka insisi tidak menutup kembali.
Saya kira masalahnya sudah selesai sampai disitu. Tapi ternyata dramanya masih berlanjut saudara-saudara! *lap keringet* Yoshio masih juga "berbunyi" saat menyusu dan masih juga muntah. Saya sempat berpikir apa jangan-jangan luka insisi-nya sudah menutup jadi lidah Yoshio tetap tertahan. Atau jangan-jangan malah insisinya kurang bagus jadi harus diulang. Ah well akhirnya saya kembali berguru ke mbah google. Ternyata I'm not alone...banyak ibu-ibu yang mengalami kejadian serupa. Well rata2 penjelasannya sih karena si bayi sudah terlanjur nyaman dengan perlekatan yang salah, jadi ya memang harus diajari lagi pelan-pelan.
Di website ini saya menemukan teknik yang disebut "tug of war". Pada dasarnya teknik ini bertujuan untuk melatih kembali si bayi cara menggunakan lidahnya dan juga agar si ikatan ini melentur. Caranya juga cukup mudah, basically si bayi diminta untuk menghisap sesuatu (bisa menggunakan empeng atau jari si ibu) lalu perlahan benda itu ditarik keluar untuk memancing si bayi menarik kembali bendanya dengan lidahnya. Saya melakukan teknik ini 2-3x sehari dan biasanya sekalian dengan senam lidah. Memang sih hasilnya gak langsung kelihatan, tapi setelah sekitar 3 mingguan akhirnya gak ada lagi suara berdecak yang terdengar waktu nenen *yeaayy!!!*. Selain itu ternyata Yoshio juga lebih bisa "diajari" perlekatan yang benar ketika nenen sambil tiduran. Ah well memang posisi menentukan prestASI. Semoga kerikil kerikil kala menyusui di kemudian hari lebih mudah dilewati. Semangat ng-ASI!!!
Thursday, August 28, 2014
The One With The VBAC
Kemudian di 39w hari yang dinanti pun tiba. Sekitar seminggu sebelumnya saya mulai mengalami kontraksi rutin di tengah malam, tapi menghilang waktu pagi hari dan kembali muncul di waktu siang atau sore. Tiba-tiba saja di h-2 saya terbangun dan menemukan ada flek coklat di undies. Agak panik sih apalagi kontraksinya mulai rutin. Setelah ngobrol dengan beberapa teman saya pun memutuskan untuk gak jadi ngantor dan jalan-jalan di mall deket rumah. Maksudnya sih buat mancing si bocil biar keluar gitu. Pas sore harinya tiba-tiba saya menemukan darah segar di undies saya. Makin panik, saya pun memutuskan buat langsung ke RS. Tapi pas sampe kok ya kontraksinya malah hilang. Akhirnya bidan jaga pun mempersilahkan saya untuk pulang.
Besoknya saya merasa kontraksi semakin rutin. Cuma karena inget kejadian hari sebelumnya saya pun memutuskan untuk beraktivitas seperti biasa sampai si kontraksi datang semakin rutin dan tidak bisa ditahan lagi. Saya malah sempat tidur siang harinya even sambil nahan serunya kontraksi huehehehe.
Akhirnya jam 2 pagi saya pun gak tahan lagi dan langsung bangunin suami buat nganter saya ke rumah sakit. Sachiko pun langsung dititip di rumah atung eni nya dan kami langsung berangkat ke rumah sakit. Begitu sampai dan diperiksa oleh bidan jaga...ternyata saya sudah bukaan 5 hahahaaha not bad for a rookie! Lalu dimulailah drama menikmati kontraksi sambil menanti bukaan. Saya beruntung bukaan saya maju dengan cepat dan hanya dalam waktu sekitar 4 jam bukaan saya sudah lengkap. Mungkin pengaruh saya mempraktekan tidur miring ke kiri sesuai dengan instruksi bidan jaga, meski kontraksinya jadi makin luar biasa rasanya, tapi bukaan jadi makin cepat lajunya. Satu hal yang cukup berkesan dari menanti bukaan adalah si suami yang malah main game di laptop dan bukan menenangkan si istri yang sedang menanti detik-detik persalinan *ngok*.
Pucuk dicinta ulam tiba *tsaelah* akhirnya sekitar jam 6an bidan yang memeriksa bilang bukaan sudah lengkap dan saya diperbolehkan mengejan *tebar confetti*. Setelah agak susah payah mengejan akhirnya tepat jam 7.10 pagi si bocil lahir juga dengan sehat dan selamat. Alhamdulillah meskipun susah dan persiapannya cuma setengah-setengah, saya bisa melahirkan dengan cara vbac. Meski pake drama ketuban rembes plus gak tahan ngeden di bukaan 8 akhirnya saya bisa juga ngerasain proses persalinan normal. Kalau dikasih kesempatan lagi saya mau bener-bener mendalami hypnobirth karena ternyata nahan ngeden yang rasanya aduhay itu cukup menggoda iman buat langsung sc aja ahahaahha *self toyor*.
![]() |
5 minutes old Yoshio :) |
Monday, January 6, 2014
An Update About Ovalocytosis
Seminggu kemudian saya kembali ke rumah sakit dengan berbekal hasil lab saya. Gak disangka-sangka ternyata saya malah memiliki kecenderugnan darah kental. Iya sih ACA dan Anti B2GP saya normal, tapi....fibrinogen dan d-dimer saya angkanya agak tinggi. Lalu hasil agregasi trombosit saya juga menunjukkan kalau ternyata saya memiliki darah yang cenderung lengket. Kaget gak sih...mau konsul apa yang ketauan malah apaan -____-"
Melihat hasil itu, beliau langsung meminta saya untuk mulai meminum obat pengencer darah. Ketika saya bertanya lagi tentang ovalositosis yang saya alami ini, beliau hanya menjawab kalau selama hb saya tidak rendah tidak akan apa-apa. Agak kurang puas sih dengan jawabannya karena sebenarnya saya penasaran kenapa bentuk sel darah merah saya bisa berubah padahal sebelumnya normal. Tapi di sisi lain agak lega karena beliau tidak menunjukkan kekhawatiran tentang ovalositosis ini. Mungkin karena ini biasanya penyakit genetis, tapi mungkin juga memang karena jika tidak ada keluhan apapun ya tidak apa-apa. Mungkin setelah melahirkan nanti saya akan coba cari second opinion paling tidak untuk sekedar memuaskan rasa penasaran saya hehehe. Well...3months to go! Hope everything will be okay!
Wednesday, November 13, 2013
Hamil dengan Southeast Asian Ovalocytosis
![]() | |
Ini kira-kira perbandingan sel darah merah normal dan yang tidak. Ovalositosis yang bentuknya oval. |
Kondisi ini bisa menyebabkan anemia dan jaundice pada bayi yang baru lahir. Namun untuk orang dewasa biasanya kondisi ini tidak menampakkan gejala yang berarti. Pada pemeriksaan lebih lanjut, kadang tampak pembesaran pada limpa dan pada kasus yang amat parah ada kemungkinan dilakukan pengangkatan limpa. Kasus ini juga sering menimbulkan komplikasi pada daerah ginjal atau bahkan batu ginjal.
Karena kondisi itu, lab yang bersangkutan menyarankan saya untuk melakukan cek analisa membran eritrosit. Jadilah obgyn saya meminta saya untuk melakukan tes tersebut. Oh iya untuk panel pengecekan ini cuma bisa dilakukan di laboratorium Eijkman yang letaknya disamping persis RSCM. Untuk melakukan tes darah ini, kita harus buat janji terlebih dahulu. Setelah keluar hasilnya, ternyata memang benar...saya positif Southeast Asian Ovalocytosis. Menurut dokter genetika yang menganalisa darah saya, hal ini terjadi karena adanya mutasi protein membran band 3. Kenapa itu bisa terjadi? Well..obgyn saya hanya bisa mereka-reka karena jujur dia katakan ini kasus yang amat langka. Malah selama 20 tahun dia praktek saya ini kasus yang ketiga yang pernah dia tangani. Maka dari itu saya dirujuk ke hematolog untuk konsultasi lebih lanjut.
Kemarin saya sudah mencoba konsul ke Prof. Karmel, hematolog yang cukup terkenal di Jakarta. Namun sayang, begitu saya sampai di tempat beliau praktek saya baru tahu kalau beliau sedang cuti minggu ini. Karena jadwal beliau yang kosong masih 2 minggu lagi, jadi lah saya disarankan oleh suster di klinik untuk konsul dengan dokter pengganti saja. Menurut susternya sama saja. Tapi sayang, tampaknya beliau kurang paham tentang SAO ini dan saya mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan. Setelah saya melakukan kontak obgyn saya, beliau menyarankan saya untuk menunggu Prof Karmel praktek dan berkonsul langsung dengan beliau. Jadi, we'll see how it actually is within the next 2 weeks *fingers crossed*.
Sebenarnya saya juga sudah coba "konsultasi" pada google. Namun karena ini merupakan kasus yang langka, maka artikel yang berkaitan dengan kondisi ini pun sangat jarang yang amat komprehensif. Apalagi artikel yang berkaitan dengan kehamilan.
Semoga saja kondisi ini tidak serius dan terutama tidak membahayakan janin ya...aamiin! Will do the update soon!
gambar diambil dari sini
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Hereditary_elliptocytosis
http://en.wikipedia.org/wiki/Southeast_Asian_ovalocytosis
http://www.healthcentral.com/ency/408/000566.html?ic=2602
http://tiasabrina.blogspot.com/2009/06/ovalositosis.html
http://bloodjournal.hematologylibrary.org/content/87/4/1656.full.pdf
as written on http://mommiesdaily.com/2013/11/12/hamil-dengan-southeast-asian-ovalocytosis/
Tuesday, January 1, 2013
Sachiko ONEderful Birthday
Untuk ulang tahun yang pertama ini kami sengaja tidak bikin pesta gede-gedean. Kami cuma bikin acara syukuran kecil-kecilan aja bareng keluarga dan pas bangun pagi bikin "ritual" tiup lilin bertiga setelah mandi pagi.
sebelum tiup lilin |
Buat ritual tiup lilinnya rasanya gak afdol banget kalo ga ada kuenya. Jadilah sehari sebelumnya saya bolak balik nyari resep kue di internet and then I found this yummy banana cake without baking powder recipe from cosy bake blog. Wiii pas banget! Apalagi mengingat kue ini buat si bocah...jadi semakin sedikit bahan tambahan semakin baik tentunya! Resepnya cukup mudah diikuti dan hasilnya...voila! A simple yet tasty birthday cake *banana dance*
Buat icingnya saya ambil resep dari wholesome babyfood salah satu web bible MPASI Sachi selama ini *big grin*. Hasilnya...bunda sama ayahnya aja DOYAN!!!
Berikut saya share (dan translate) resepnya dan penampakannya (maaf ya gak ada penampakan kuenya yang sendiri)
Banana Cake
Makes 1 frosting for a 2 layer cake
1 pak (8 ons = sekitar 230 g) cream cheese
100 g gula
350 ml heavy cream (saya pakai whipped cream cair Anchor)
Cara:
1. Kocok cream cheese, gula, garam, dan vanilla sampai lembut. Di mangkok terpisah, kocok heavy cream hingga kaku.
Make a wish kiddo! |
Happy Birthday! :D |
Tuesday, December 4, 2012
Meet Roseola
Esok harinya karena merasa kuatir saya pun memutuskan untuk konsul ke dsa. Kebetulan karena dsa yang biasa menangani Sachi sedang tidak praktek, akhirnya kami memutuskan untuk konsul ke dsa lain dulu untuk mendapatkan diagnosis. Beliau menyarankan untuk tetap disusui dan diberikan banyak minum sambil dipantau sampai hari ketiga. Menurut beliau penyakit karena virus biasanya baru ketahuan setelah hari ketiga. Tapi jika padah hari ketiga belum juga turun suhu tubuhnya, beliau menyarankan untuk melakukan cek darah.
Ternyata di hari ketiga panasnya belum juga turun. Merasa gak tega untuk melakukan cek darah, kami memutuskan untuk kembali ke dsa esok harinya. Eh...besok paginya suhu tubuh sachi malah mulai berangsur normal! Tapi karena kuatir, kami tetap memutuskan ke dsa. Karena panasnya disertai juga dengan batpil...si dsa mengdiagnosa sachi dengan common cold. Ternyata diagnosa itu salah.
Sore harinya saya mendapatkan telepon dari rumah yang mengatakan Sachi rewel dan muncul merah-merah di tubuhnya. Panik dan bingung saya langsung menelepon ayah dan bergegas pulang ke rumah. Selama perjalanan pulang saya langsung berkonsultasi dengan beberapa sahabat...dari situlah saya mulai berkenalan dengan ROSEOLA. Begitu pulang dan melihat kondisi Sachi saya mulai yakin kalau dia terkena roseola. apalagi melihat gejalanya yang sama seperti ada yang di mayoclinic yaitu:
- Demam tinggi, kadang di atas 39 decel selama 3 - 5 hari.
- Kadang juga disertai hidung berair, sakit tenggorokan atau batuk
- Kadang juga disertai pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher anak ketika demam
- Begitu demam turun, biasanya mulai muncul ruam yang biasanya mulai dari dada, punggung, perut lalu menyebar ke leher, tangan dan bagian lainnya. Ruam ini tidak menyebabkan rasa gatal dan bisa hanya muncul beberapa jam atau hingga 2-3 hari.
![]() | |
Kulitnya merah-merah semua :( |
![]() |
Merah-merah di tangan |
Alhamdulillah hanya bermodalkan ASI (plus parasetamol waktu demam tinggi) dan makan buah, sayur juga banyak minum Sachi berangsur pulih setelah hari ke enam dan pada hari ketujuh ruamnya hampir 80% hilang :D. Emang sih merah-merah plus demam tingginya sempet bikin panik, tapi Alhamdulillah daya tahan tubuhnya lulus ujian!
Wednesday, November 21, 2012
Oh Dear Grannysitter
Sampai saat ini saya masih sering berselisih pendapat tentang cara mengasuh Sachi. Mulai dari saya yang memilih untuk tidak memperkenalkan sufor pada Sachi...mencoba RUM ketika Sachi sakit...sampai naik tekstur MPASI. Basically saya mengerti perbedaan informasi dan kemudahan akses berbagai informasi dulu jauh berbeda dengan masa sekarang. Cuma kadang kok ya susah juga komunikasiinnya. Untungnya sih karena sekarang udah ganti dsa jadi kata-kata sakti "kata dokternya...." bisa dipake lagi hihihihihihi...yah walau kadang gak ngaruh banyak juga.
Satu hal yang saya pelajari adalah semuanya harus dikomunikasikan. Nah susahnya saya ini tipe yang lebih suka ngomong ke teman dibanding ortu sendiri....kenapa? Simply karena waktu dulu kalau saya mencoba cerita kedua orang tua saya langsung memberi saya berbagai nasihat dan tak jarang berujung selisih paham. Bahkan sampai saat ini kedua orang tua saya tidak mengerti benar jobdesk pekerjaan saya sebagai seorang copywriter di agency iklan. Alhasil kalo terpaksa lembur sampai malem ya saya kena semprot T_T. Kayaknya kalo saya lembur mereka mengcap saya sebagai ibu ambisius yang tega ninggalin anaknya sampe malem demi kerja..padahal gak gitu-gitu amat juga :))))).
Pada akhirnya saya belajar untuk memperbaiki cara komunikasi saya dengan orang tua. Yah hal-hal simpel seperti saya harus pulang terlambat karena lembur pun mulai saya komunikasikan (dulunya gak pernah sama sekali). Saya juga belajar mencari celah untuk mengkomunikasikan alasan saya dan cara pengasuhan saya kepada mereka (even belum semua diterima juga).
But overall saya merasa bersyukur kedua orang tua saya (terutama mama) masih mau direpotin buat ngurus cucu di usianya yang sudah tidak muda lagi. Mudah-mudahan mereka masih diberi kesehatan jadi bisa ikut main sama cucu yang kedua...ketiga...keempat...kelima...dan cucu cucu berikutnya...amiiinnn.
Wednesday, November 14, 2012
Sedia Stok Sabar Sebelum Terlambat
Kemarin kesabaran saya pun kembali diuji. Entah karena terlalu capek atau rindu nenen, Sachi GTM hampir seharian. Cuma beberapa suap yang masuk dan setelahnya....dia merajuk ke bundanya lalu merogoh-rogoh baju saya...minta nenen :))))))). Saya coba membujuk Sachi agar mau menghabiskan paling gak setengah porsi makanannya terlebih dahulu, tapi yang kejadian malah si bocah nangis. Akhirnya karena Sachi juga terlihat mengantuk, saya coba tidurkan dulu bocahnya. Ehyakok malah tambah kejer nangisnya. Merasa bingung, capek, laper (plus kesel sama si ayah) akhirnya saya malah kelepasan ngebentak Sachi :(((((((.
Saya kesal sih sama diri saya sendiri, kenapa saya gak cukup sabar dalam menghadapi anak sendiri. Apalagi bocahnya masih bayi dan belum bisa ngomong...ya wajar aja dia nangis buat mengkomunikasikan apa yang dia mau. Di sisi lain, ibu adalah manusia yang biar bagaimanapun juga tetap punya batas sumbu kesabaran. Well...like it or not being a parent means more patience. Sabar menanti perkembangan motorik anak...sabar mengajari anak apa yang boleh dan yang tidak...sabar menyuapi anak...sabar menemani anak belajar...dan segudang sabar sabar lainnya. Being a parent also means we'll learn something everyday...dan hal itu tampaknya juga termasuk belajar sabar.
Monday, October 1, 2012
ASI Saya Cukup Kok!
Namun kenaikan bb Sachi yang tidak signifikan selalu membuat para dsa-nya mengkambinghitamkan ASI bundanya. "ASI ibu kurang, kalau kayak gini sih mending ditambah susu bu," begitu kira-kira kata mereka. Sedih? Jangan ditanya...tiap kali kalimat itu mampir ke telinga saya rasanya saya mau teriak dan menunjukkan foto stok ASIP saya di rumah. Saya tidak mendewakan ASI saya...tapi entah mengapa saya yakin kalau ada masalah lain yang menyebabkan bb Sachi sulit naik. Kecurigaan saya ini memang belum terbukti, karena si ayah tidak mau lagi mengantarkan kami untuk peds hopping. "Asal anaknya sehat, aktif, dan perkembangan motoriknya bagus ya gak papa," begitu kata ayah. Sayang nininya tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat itu, ia lebih percaya kata dsa Sachi yang kebetulan adalah dsa saya waktu kecil dulu dan bertitel profesor. Padahal bisa jadi beliau menuduh ASI kurang karena beliau belum teredukASI dengan baik tentang ASI.
Sebulan yang lalu, tanpa sengaja saya menemukan kotak susu formula di lemari dapur. Kesal, sedih, marah, kecewa...semuanya jadi satu. Apalagi begitu saya tanpa sengaja mengetahui Sachi diam2 diberi sufor ketika saya tinggal kerja. Saya langsung menangis sejadi-jadinya. Ingin rasanya saya berhenti kerja dan hanya mengurus Sachi di rumah, walau memang hal itu belum bisa dilakukan. Saya merasa berjalan sendirian...berjuang sendirian...dan terus menerus diserang dari kanan dan kiri.
Saya sudah coba mengedukASI si nini lewat artikel, mengutip dsa teman, mengutip dsa yang sebelumnya...tapi kayaknya semua cuma selewat aja. Pernah juga saya mencoba mengajak Nini ke dsa lain buat cari second opinion, sayang usulan saya ditolak. "Anakmu sehat gini kok...ngapain ke dokter lain?" begitu katanya. Setiap saya coba bertanya atau coba ajak ngobrol nini hanya bilang kalau ia tidak memberi sufor...walau kenyataannya sering kali terlihat berbeda. Miris memang, di saat ibu lain berjuang agar anaknya tetap mendapatkan ASI meski kejar tayang atau terpaksa menyerah ke sufor karena memang ASI nya kurang...saya yang ASInya berkecukupan dipaksa "mengalah" dengan sufor.
Jujur saat ini saya tidak tahu lagi harus bersikap apa. Saya hanya bisa berharap dan berdoa agar nini dibukakan hatinya untuk bersedia mendengarkan saya dan bersikap layaknya satu tim dengan saya.
Tuesday, September 11, 2012
Her First Spa Treatment
Begitu sampai dan therapist nya siap, Sachi langsung dipersiapkan untuk berenang di kolam khusus dengan menggunakan neckring. Tapi bukannya teriak girang eh bocahnya malah teriak panik karena kaget dipegang orang baru. Hasilnya begitu dicemplungin ke kolam dia makin nangis histeris, padahal kolamnya anget dan Sachi berenang sambil pegangan tangan sama bundanya. Ayah bundanya udah coba hibur pake bola warna warni dan mainan tetep gak mempan. Padahal dia pernah nyemplung di kolam renang kantor teman Ayahnya...sambil dipegangin bunda sih hehehe.
![]() | |
berenang sambil pegangan (tapi tetep nangis) |
![]() |
berendam sambil nangis |
Secara keseluruhan pelayanan di tempat ini cukup menyenangkan. Therapist nya cukup sabar menghadapi para bayi yang mood nya bisa berubah tiba-tiba atau yang histeris berlama-lama, ruangan dan kolamnya terjaga kebersihannya, juga ada banyak mainan untuk membujuk dan menghibur si bocil kalau bosan atau (dalam kasus saya) panik. Cuma sayangnya kolam untuk berenang bayinya ditempatkan di ruang depan dekat dengan ruang tunggu dan resepsionis bukan di ruang tersendiri, jadinya agak kurang nyaman. Sayangnya lagi Bubble n Me gak seperti kakaknya yang juga melayani perawatan buat para ibu jadi kalau mau spa bareng sama si bocil ya harus ke Mom n Jo. Tapi untuk spa khusus bayi dan anak tempat ini cukup menyenangkan baik dalam pelayanan dan juga kantong ayah bundanya hehehehe. Semoga di sesi berikutnya Sachi gak panik lagi jadi bisa berenang lama-lama deh :D
Wednesday, August 29, 2012
My Breastfeeding Journey
![]() |
Sachiko usia beberapa menit |
Setelah melahirkan, saya tidak bisa melakukan IMD. Kondisi bayinya tidak memungkinkan kata para suster yang menemani saya pasca operasi. Saya yang kala itu masih terpengaruh obat bius tidak berpikir macam-macam. Saya hanya berpikir "ah mungkin akan diobservasi satu hari besok sudah bisa diantar ke saya untuk disusui." namun ternyata saya salah. Sachiko harus masuk inkubator dan dia tidak bisa saya susui secara langsung. Sachi juga hampir diberi sufor, beruntung waktu itu ada teman saya yang juga baru melahirkan dan bersedia menyumbangkan ASI ny untuk Sachi.
Hari kedua pasca operasi, dada saya bengkak dan Alhamdulillah ASI saya keluar, bahkan sampai merembes ke daster. Tapi sayang, si mungil Sachi belum boleh disusui secara langsung. Mulailah saya memompa ASI dan menyetok demi kebutuhan ASI bayi mungil saya. Hasil perahan pertama saya cuma bisa mbasahin pantat botolnya aja. Sempet deg-deg an dan stress karena takut gak cukup. Gimana enggak, suami saya bilang Sachi "dijadwal" minum 15ml per 3 jam...tentu hal itu bikin saya kejer2an dengan stoknya.Untungnya banyak temen-temen yang dateng bikin saya relax dan akhirnya ASI pun berhasil mengucur deras dan stok pun aman :D.
![]() |
hasil pumping perdana |
Hari hari berikutnya drama baru dimulai. Karena Sachi dianggap memiliki reflek hisap yang lemah, jadilah ia dikenalkan pada dot di hari ketiga. Saya yang masih belum bisa menyusui secara langsung hanya bisa pasrah karena tidak tahu kalau sebenarnya "latihan" itu tidaklah perlu.
Saya baru bisa menyusui secara langsung pada hari keenam. Saat itu pula akhirnya saya bisa mendekap dan menciumi bayi saya dari dekat. Pengalaman pertama saya menyusui Sachi berlangsung cukup membingungkan karena saya tidak dipandu secara khusus oleh ahli laktasi. Sebenarnya suster di perina sudah mencoba membantu, namun karena banyak bayi yang juga butuh dipantau maka saya lebih banyak mengandalkan ingatan dan insting.
pertama kali menyusui si mungil |
Masalah tidak berhenti sampai di situ. Well karena Sachi termasuk kategori bayi berat lahir rendah, ia rentan banget kena breastmilk jaundice. Ketika usianya baru 4 hari bilirubinnya sempat naik dan ia pun harus di fototerapi selama dua hari. Lalu ketika usianya 9 hari bilirubinnya naik lagi...jadilah Sachi yang harusnya sudah bisa pulang terpaksa menginap di perina sehari lagi.
![]() |
Akhirnya pada hari kesepuluh Sachiko kondisinya sudah memungkinkan untuk pulang. Mulailah saya menyingkirkan semua dot dari rumah dan menggunakan teknik spoon feeding sembari mengajari dan membujuk Sachi agar mau menyusu langsung. Keadaan yang jika diingat kembali cukup melelahkan secara fisik maupun mental. Tak jarang saya menangis dan bahkan "marah" ke Sachi karena dia sudah "menolak" saya. Tampaknya baby blues memang mampir ke diri saya kala itu.
Untung saya orangnya ngotot :p jadi meski saya lelah dan sedikit frustasi, saya terus maju pantang mundur karena saya mau kayak teman-teman saya yang lain...bisa nyusuin langsung! Dan ke "ngototan" saya itu akhirnya berbuah manis juga. Tepat satu minggu setelah Sachi "dilatih" (dan dirayu setiap waktu) akhirnya dia mau juga menyusu langsung ke saya. Rasa senangnya tak bisa digambarkan dengan kata-kata yang pasti ada rasa LEGA yang besar banget begitu akhirnya dia mau nempel di payudara tanpa penolakan.
Sekarang Sachiko sudah mulai MPASI. Perjuangan ngASI saya akhirnya menjadi (sedikit) lebih ringan, tapi perjalanan saya masih panjang. Saya amat bersyukur masih terus diberi kesempatan memberi ASI pada Sachi hingga saat ini dan semoga kesempatan ini bisa terus ada hingga 2 tahun atau lebih, karena saya yakin ASI lah yang terbaik untuk bayi saya.
So give your best shot mommies, because breastfeeding is the best option for you and your baby :)
Thursday, August 9, 2012
Sachiko Solid Story
Sejauh ini bisa dibilang si bocah cukup doyan makan (err...asal gak lagi ngantuk aja sih) dan cenderung suka rasa manis. Kalau menurut beberapa artikel sih wajar karena rasa ASI itu manis, jadi bayi mencari rasa yang dia kenal.
![]() |
belepotaaannn XD |
Menganut panduan WHO, saya selalu menyiapkan makanan Sachiko sendiri (errr dan dengan bantuan nininya hehe :P). Jadi setiap pagi saya selalu mengukus buah/sayur dan mulai melumatkannya untuk dimakan menjelang siang nanti. Mulai usia 6,5 bulan, Sachiko sudah mulai saya kenalkan dengan kaldu. Biar ga repot, saya selalu bikin kaldu satu panci gede dan setelah jadi disimpan dalam container kecil-kecil untuk 5 hari sampai seminggu. Ternyata kalau dikasih kaldu, Sachi makannya lahap! *big grin* Setelah kenalan sama kaldu mulailah kenalan sama bubur saring dan daging/ayam giling. Awalnya sih ogah-ogahan...lama-lama dia malah doyan *yayy!!* Makin semangat deh ngasih makan buat bocahnya.
Sebenarnya saya pingin banget variasiin sayur mayur yang ada di bubur timnya Sachi, tapi apa daya malah dimarahin sama nininya yang memang masih aliran lama (_ _"). Untungnya si bocah belum keliatan bosen sih sama bubur yang isinya itu-itu aja hehehehe. Semoga bulan depan nini nya mulai nyerah dan ngebolehin bundanya bikin variasi bubur saring.
![]() |
kalo makan maunya sambil gigit sendok (_ _") |
Oh iya saya mau share beberapa tips yang mungkin berguna buat bunda yang baru mulai MPASI:
1. Semangat, semangat, semangat!!
Si bocah belum tentu langsung mau makan begitu dikenalin makanan. Yah kalo dipikir-pikir kemarin kan cuma mimi aja sekarang dia harus belajar asupan baru, wajar aja sih kalau ada penolakan di awal. Sachiko aja butuh waktu 2 minggu sampai akhirnya terbiasa. Yang penting bundanya jangan nyerah!
2. Bikin acara makan-makan jadi seru.
Biasanya sih kalo Sachi udah keliatan males-malesan makannya, saya dan nini nya langsung mulai nyanyiin lagu kayak cicak-cicak di dinding, pelangi-pelangi, naik kereta api. Dijamin heboh hehehehe.
3. Satu sendok makan cukup
Namanya juga masih icip-icip jadi gak perlu nyiapin porsi banyak-banyak. Sejauh ini saya mengikuti guide seorang teman baik saya. Saya selalu menyiapkan porsi awal sebanyak satu sendok makan saja. Toh bocahnya masih belajar makan jadi gak harus banyak porsinya. Lagipula umur 6 - 7 bulan asi/sufor masih dominan kok.
4. Gak habis = gak suka?
Well...belum tentu. Bisa jadi memang kapasitas perutnya hanya segitu. Bisa jadi juga si bocah memang gak suka atau belum terbiasa dengan makanan baru itu. Bisa jadi juga...si bocah memang udah kenyang karena baru di mimiin, jadi gak sanggup makan lagi. Kalau untuk Sachi sih biasanya habis mimi paling cepet sejam setelah itu baru saya kasih makan. Tapi sebaiknya sih 2 jam biar bocahnya bener-bener laper.
Semoga berguna ;)
Tuesday, July 31, 2012
Tiba Tiba Jatuh
Sachiko langsung saya gendong dan coba saya tenangkan. Tapi apa daya...dia terus menangis kencang meraung-raung dan baru tenang begitu digendong nininya T_T. Akhirnya saya ikut coba menenangkan diri juga. Begitu sudah tenang saya dibantu ayahnya mencoba mencari tanda kegawatan seperti benjol, memar, mata juling, hilang koordinasi tubuh, luka, atau muntah. Beruntung semua tidak ada. Akhirnya begitu Sachi tenang saya langsung coba susui sampai akhirnya dia tertidur sebentar. Begitu bangun si bocah udah mau bercanda-canda lagi tapi bibirnya kok jadi kayak Angelina Jolie.
Kayaknya berkorban jadi ibu artinya berkorban jam tidur juga T_T hixs...menyesal memang selalu datang belakangan.
Monday, July 2, 2012
Mencicip si Merries
Eniweis...ceritanya nulis ini mau share the-so-called-review tentang produk yang baru Sachi coba kemarin. Jadi karena rasa penasaran dan akibat rayuan mba2an SPG...jadilah si bunda membeli popok Merries untuk si bocil. Awalnya sih mikir...yah popok paling kan gitu2 aja. Ternyata eh ternyata setelah dicoba popok ini oke juga. Pas dibuka..wuihh popoknya luebar...agak kurang pas buat postur Sachi yang cenderung "langsing" tapi setelah dipakai ternyata gak masalah. Popoknya juga cukup tinggii jadi bisa dipake sampe ke perut (note: Bocahnya "baru" 60,5 cm dan pake size S).
Bahannya juga lembuuuttt banget dan lagi ada penanda pipisnyaaa!!! *yeay* Sejauh ini fitur penanda pipis cuma saya temuin di popok merek Pampers dan ini lah salah satu alasan kenapa Sachi mostly pake Pampers. Oke back to the-so-called-review...selain itu popok ini juga cukup tahan bocor dan bisa menampung pipis Sachi yang suka massive. Terus pattern popoknya juga lucuuuwwwww ada kelinci2nyaaaa hihihihi (ini gak penting). Popok keluaran PT KAO Indonesia ini masih diimpor dari Jepang, atau demikianlah kata si mba2an SPGnya. Well that explain the unfriendly price.
![]() |
Sachi posing with Merries |
Note: ini review gak berbayar hanya sekedar sharing siapa tau bergunaa :)
Friday, June 29, 2012
Her First Solid...Errr...Kinda
Tadinya Sachi mau didudukin di stroller (yes...we haven't got a chance *and the money* to buy the highchair) eh tapi kok udah ga ngegigit...yang ada posisinya dari duduk jatoh lagi ke tiduran. Akhirnya Sachi makan pertama sambil dipangku bundanya.
![]() |
First taste |
![]() |
Playing with her spoon |
![]() | |
Sachi lebih excited gigit sendok daripada makan |
Thursday, June 21, 2012
Road to First Solid
Eits masalahnya belum berhenti di situ aja...alat-alat perang MPASI nya pun masih sangat irit sodara-sodara *tepok jidat*. Sampai saat ini saya cuma punya:
- feeding set pigeon
- gelas magmag
- munchkin food grinder
- food container rubbermaid & merk jepang2an yang ada di c4
- ice cube bertutup yang merk jepang2an
- food warmer (hibahan)
- saringan kecil
- parutan stainless
- peresan jeruk
Tadinya sih mau beli pigeon foodmaker tapi kok ya setelah diliat barang2nya sama kayak yang ada di rumah..ya udah deh pake prinsip pake aja yang ada di rumah aka irit. Pinginnya sih ditambah lagi sama slow cooker dan kukusan elektrik tapi nanti kali yaaa. Oh iya highchair belum ada pun...sebenernya sih dikasih hibahan booster tapi bocahnya belum mantep duduknya dan saya mau menerapkan aturan makan ya di meja makan. Jadi gak ada de tuh makan digendong dll...biar Emak dan Nini nya gak rempong juga hehehehe. Rencananya sih akhir bulan ini mau beli patungan sama Akinya...semoga dapet highchar yang sesuai di hati ya nak :).
Sekarang sih udah mulai browsing sana sini buat nyari referensi jadwal dan menu MPASI plusss gabung milis mpasirumahan. Biar bisa ngelmu banyak gitu hehehehe.
H-6 to first solid hihihiy deg2an :P
Thursday, June 14, 2012
The Weight Thingy
Cuma sayang...begitu dsa nya saya pancing untuk minta solusi eehhh kok ya malah suruh tambah sufor. Saya gak anti sufor sumpah beneran...cuma buat masalah Sachi ini saya yakin seyakin yakinnya bukan masalah asi kurang. Lah wong bocahnya emang suka susah minum asip and agaiinn saya curiganya ada sesuatu yang mengganggu penyerapan nutrisinya. Kesel dianggap asi kurang, saya nyeret suami ke dsa yang ahli gizi...berharap dia memberikan pencerahan atas kebingungan yang melanda kami ini. But agaiiinnn...begitu saya informasikan selama ditinggal +/- 8jam Sachi hanya mau minum 200-300ml asip kembali tuduhan "ASI ibu kurang" jatuh ke telinga saya.
IMHO a pediatrician should never says that to an exclusive breastfeeding mother. Seharusnya mereka mendukung para ibu yang mencoba memberikan ASI buat bayinya dan membantu mereka agar bisa sukses menyusui. Untungnya sih saya kerja jadi hasil pumping yang mejeng di freezer cukup lah buat menguatkan mental saya kalo ASI saya jumlahnya amat sangat cukup.
Saya pun memutuskan untuk berkonsultasi via twitter dengan seorang dsa yang saya tahu sangat pro asi. Saya pun disarankan untuk mengutamakan pemberian hindmilk ketika Sachi ditinggal, which means...no more nunda2 pumping (ketauan deh suka bandel). Why? Well simply karena semakin pendek jarak pumping semakin banyak dan kental ASI nya. Rasanya lega...dia tidak meng-judge kalau ASI saya kurang dan yang paling menting mendukung saya memberikan ASI ^^. Semangat!! Still a loooonnnggggg way to go :D
Wednesday, May 2, 2012
balada si pusar yang mau eksis
Waktu pun berlalu...tapi kok ya si puser teteup mau eksis terussss?!?! Akhirnya mulailah mencari petunjuk sama mbah gugel...ternyata eh ternyata Sachiko itu kena Hernia Umbilikalis. Jadi waktu dia masih di dalam perut, waktu pembentukan perutnya kurang sempurna dan menyisakan lubang kecil. Nah akibatnya begitu dia lahir ya pusarnya jadi menonjol atau biasa dibilang bodong. Kalau dari literatur yang saya baca juga setelah nanya2 ke DSA nanti akan masuk sendiri seiiring dengan bertambah kuatnya si otot perut. Kuncinya balik lagi ke SABAR *lap keringet*. Setelah baca-baca memang si hernia ini sering dialami oleh bayi dan sebaiknya tidak diapa-apakan. Selain takut mengganggu pernafasan (bayi kan nafasnya masih pake rongga perut), ditakutkan juga ada usus yang "terjebak" dibalik tonjolan itu. Selama daerah sekitar pusar masih lembut dan si bayi tidak rewel, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Akhirnya sih sekarang saya cuekin aja pusernya yang masih nonjol2 itu. Saya percaya tubuhnya punya mekanismenya sendiri untuk membuat si puser ini nanti akhirnya masuk dengan sendirinya.
Wednesday, April 11, 2012
Her Name Is Sachiko
Setelah bertapa berhari-hari saya dan si ayah memutuskan memakai nama Sachiko sebagai nama depannya. Why? Simply karena artinya bagus. Kata "sachi" disini bisa berarti kebahagiaan dan "ko" sepertinya sih diambil dari kanji "kodomo" yang berarti anak.
Lalu untuk nama tengah dan belakangnya gimana? Hmm...selain nama Jepang, saya juga ingin arti nama anak saya nanti berbentuk sebuah kalimat yang juga menjadi doa kami sebagai orangtuanya. Jadilah setelah browsing sana sini saya menemukan nama "Kirana" yang berarti cahaya yang cantik juga "Jehan" yang berarti dunia. Jadilah nama si mungil kami "Sachiko Kirana Jehan" yang kira-kira artinya anak kebahagiaan yang menjadi cahaya yang cantik bagi dunia.
Untuk nama panggilan...kami memilih untuk memanggilnya Sachi. Kenapa Sachi? Kenapa bukan Chiko? Bukan biar sok imut tapi lebih kepada arti dari nama tersebut yaitu "happiness" atau "kebahagiaan". Kalau "Chiko" setelah di cek artinya beda jauh yaitu "panah".
Well semoga kamu selalu menjadi kebahagiaan bagi bunda, ayah dan orang-orang disekelilingmu y sayang :*