Showing posts with label cerita. Show all posts
Showing posts with label cerita. Show all posts

Monday, June 22, 2015

Another 1st Birthday

akkk sebenernya udah dr pas bocahnya ultah kmarin mau update blognya. Tapi apa daya..ada aja kerempongan emak2 yang jadi halangan (baca: jadi gak mood bin males :P).
anyway..tanggal 19 april kemarin bocil #2 ulang tahun yang pertama *yeaayyy*. gak ada acara macem2..cuma tiup lilin sama pas sore2nya eyang2ny minta ngumpul di rumah sekalian makan malam. buat tiup lilinny saya sengaja bikin cake ubi ungu sekalian ngabisin puree ubi ungu di freezer. Alhamdulillah semuanya suka 




Di umurnya yang setahun ini bocilnya udah biasa makan nasi, well mungkin ini efek emaknya sangat ambisius dalam hal naik tekstur. Malah dari awal mulai mpasi makanany kebanyakan dihalusin cuma pakai garpu jadi cenderung bertekstur. Yah..males sama ambisius emang beda tipis ya hihihi. Lalu jalannya juga makin lancar even masih harus dititah. Tp Alhamdulillah di usia 13 bulan akhirnya si bocil mulai pede dan mulai deh jalan sana sini sendirian.
Sekarang pas nulis ini bocahnya ud 14 bulan. Udah makin banyak tingkah dan emaknya ud makin pegel ngejagainnya. But the positive side...si bocah amat aktif dan gak takut eksplorasi. terutama eksplorasi oral sih...apa aja dimasukin ke mulut😅. Bohong sih kalau saya bilang saya g makin repot jagain bocah2 ini. But the more fun they bring.

Cheers for more years to come kiddos!! 😘😘

Saturday, April 18, 2015

My Review on Being A Stay At Home Mom

I always knew that I want to be a mom..but being a stay at home mom? The truth is it's never been on top of my priority until I give birth to Sachiko. Who would have guessed that I could change my mind in a zap just because I feel in love with her. But it's not until 2 years after that, when I have her little brother then I become a stay at home mom.



Being a stay at home mom is not always easy. Specially when you don't have a maid or nanny around. You have to learn how to manage your time to do house chores while teaching and playing with your children. And trust me it's never easy. Sometimes you're able to wake up earlier than your kids yet sometimes they decided to wake up shortly after you get up the bed. Not to mention the mess and the constant cleaning up and soothing and chasing. I won't lie, I often miss having chit chat with the grown ups, having a long lunch during the day and even the deadlines HA! Weird isn't it? Yet I have made my decisions and for me it's something that I should be thankful of. Well hey, not all woman are lucky enough to be a stay at home mom right?


On the other side being a stay at home mom means you can watch your babies grow. Not to mention all the hugs and wet kisses during the day and night and therefore I feel grateful. It's hard sometimes but then my babies never asked for me to be a perfect mom. They just want me to be there to watch over them and love them unconditionally. There's still so many days ahead of us and I will embrace all the messiness, stickiness and gooeyness with all my heart and soul. After all it'll gets better :)


Tuesday, October 14, 2014

The Tongue Tie Drama

Hari-hari pertama menyusui si Yoshio sebenarnya tidak terlalu sulit. Well ada drama puting lecet sih. Tapi saya berpikir kan si bayi ini masih belajar dan saya pun juga kembali menyesuaikan diri untuk menjadi busui kembali, jadi ya...saya gak terlalu memikirkan drama ini. Terbukti, setelah 2 minggu berlalu drama puting lecet ini pun menghilang...jadi ya saya santai saja. Apalagi bb Yoshio juga cukup baik.

Lalu begitu memasuki bulan kedua tiba-tiba saja Yoshio mengeluarkan suara seperti berdecak setiap menyusu. Saya coba koreksi perlekatannya..tapi kok ya gak ada perubahan. Seperti layaknya orang tua modern yang lain, di tengah kebingungan itu saya langaung berguru ke mbah google. Lah ya kok malah diarahin ke tongue tie...yang ada saya malah tambah bingung. Sejauh ini bb Yoshio naiknya amat baik, pipisnya juga selalu lebih dr 6x sehari dan gak pernah rewel kayak kurang asi. Yah akhirnya daripada nebak-nebak ditambah suara decakan yang makin dirasa ganggu, saya pun pergi ke klinik laktasi terdekat di hermina bekasi.

Disana saya bertemu dengan dokter Irma. Setelah di review cara menyusu dan juga memeriksa anatomi lidah Yoshio, ternyata Yoshio tongue tie tipe 4 atau posterior toungue tie dan juga lip tie *jengjeeenngg*. Si tongue tie tipe ini memang yang paling gam keliatan karena kayak "ngumpet" di dalam lidah dan hanya ketahuan kalau diraba. Ternyata hal ini juga yang jadi penyebab bocahnya sering muntah. Well..soal yang muntah ini emang gak terlalu dipikirin banget sih..saya cuma mikir si bocah kebanyakan minum atau memang efek belum sendawa saja. Tapi menurut dokter Irma, kedua masalah Yoshio itu membuat banyak udara masuk ke pencernaannya. Makanya Yoshio jadi sering muntah. Tapi memang bb nya yang terbilang baik membuat tongue tie ini gak jd problem gede. Cuma saya sih takut kalau dibiarkan malah jadi nambah masalah nantinya. Akhirny saya dan si ayah setuju untuk meng-insisi Yoshio. Prosesny terbilang cepat. Gak sampai 10 menit Yoshio sudah dikembalikan ke saya untuk langsung disusui. Setelah itu saya langsung diajari "senam lidah" yang tujuannya agar si luka insisi tidak menutup kembali.

Saya kira masalahnya sudah selesai sampai disitu. Tapi ternyata dramanya masih berlanjut saudara-saudara! *lap keringet* Yoshio masih juga "berbunyi" saat menyusu dan masih juga muntah. Saya sempat berpikir apa jangan-jangan luka insisi-nya sudah menutup jadi lidah Yoshio tetap tertahan. Atau jangan-jangan malah insisinya kurang bagus jadi harus diulang. Ah well akhirnya saya kembali berguru ke mbah google. Ternyata I'm not alone...banyak ibu-ibu yang mengalami kejadian serupa. Well rata2 penjelasannya sih karena si bayi sudah terlanjur nyaman dengan perlekatan yang salah, jadi ya memang harus diajari lagi pelan-pelan.

Di website ini saya menemukan teknik yang disebut "tug of war". Pada dasarnya teknik ini bertujuan untuk melatih kembali si bayi cara menggunakan lidahnya dan juga agar si ikatan ini melentur. Caranya juga cukup mudah, basically si bayi diminta untuk menghisap sesuatu (bisa menggunakan empeng atau jari si ibu) lalu perlahan benda itu ditarik keluar untuk memancing si bayi menarik kembali bendanya dengan lidahnya. Saya melakukan teknik ini 2-3x sehari dan biasanya sekalian dengan senam lidah. Memang sih hasilnya gak langsung kelihatan, tapi setelah sekitar 3 mingguan akhirnya gak ada lagi suara berdecak yang terdengar waktu nenen *yeaayy!!!*. Selain itu ternyata Yoshio juga lebih bisa "diajari" perlekatan yang benar ketika nenen sambil tiduran. Ah well memang posisi menentukan prestASI. Semoga kerikil kerikil kala menyusui di kemudian hari lebih mudah dilewati. Semangat ng-ASI!!!

Thursday, August 28, 2014

The One With The VBAC

Hallo! Setelah hampir 4 bulan akhirnya blognya diupdate juga huehehehe. Jadi tanggal 19 April yang lalu saya berhasil mengantar bocil #2 buat melihat dunia melalui persalinan normal setelah sebelumnya saya melakukan persalinan sesar (atau bahasa bekennya VBAC). Umm...sebenernya sih dari pas tau hamil saya udah niat banget pingin nyoba persalinan normal. Apalagi banyak artikel yang bilang kalau VBAC itu lebih baik bagi ibu karena ternyata resiko terjadinya pendarahan lebih rendah dibanding kalau kembali melakukan operasi caesar. Yo wes lah...saya pun mencoba menyiapkan diri, mental, juga niat.

Kemudian di 39w hari yang dinanti pun tiba. Sekitar seminggu sebelumnya saya mulai mengalami kontraksi rutin di tengah malam, tapi menghilang waktu pagi hari dan kembali muncul di waktu siang atau sore. Tiba-tiba saja di h-2 saya terbangun dan menemukan ada flek coklat di undies. Agak panik sih apalagi kontraksinya mulai rutin. Setelah ngobrol dengan beberapa teman saya pun memutuskan untuk gak jadi ngantor dan jalan-jalan di mall deket rumah. Maksudnya sih buat mancing si bocil biar keluar gitu. Pas sore harinya tiba-tiba saya menemukan darah segar di undies saya. Makin panik, saya pun memutuskan buat langsung ke RS. Tapi pas sampe kok ya kontraksinya malah hilang. Akhirnya bidan jaga pun mempersilahkan saya untuk pulang.

Besoknya saya merasa kontraksi semakin rutin. Cuma karena inget kejadian hari sebelumnya saya pun memutuskan untuk beraktivitas seperti biasa sampai si kontraksi datang semakin rutin dan tidak bisa ditahan lagi. Saya malah sempat tidur siang harinya even sambil nahan serunya kontraksi huehehehe.

Akhirnya jam 2 pagi saya pun gak tahan lagi dan langsung bangunin suami buat nganter saya ke rumah sakit. Sachiko pun langsung dititip di rumah atung eni nya dan kami langsung berangkat ke rumah sakit. Begitu sampai dan diperiksa oleh bidan jaga...ternyata saya sudah bukaan 5 hahahaaha not bad for a rookie! Lalu dimulailah drama menikmati kontraksi sambil menanti bukaan. Saya beruntung bukaan saya maju dengan cepat dan hanya dalam waktu sekitar 4 jam bukaan saya sudah lengkap. Mungkin pengaruh saya mempraktekan tidur miring ke kiri sesuai dengan instruksi bidan jaga, meski kontraksinya jadi makin luar biasa rasanya, tapi bukaan jadi makin cepat lajunya. Satu hal yang cukup berkesan dari menanti bukaan adalah si suami yang malah main game di laptop dan bukan menenangkan si istri yang sedang menanti detik-detik persalinan *ngok*.

Pucuk dicinta ulam tiba *tsaelah* akhirnya sekitar jam 6an bidan yang memeriksa bilang bukaan sudah lengkap dan saya diperbolehkan mengejan *tebar confetti*. Setelah agak susah payah mengejan akhirnya tepat jam 7.10 pagi si bocil lahir juga dengan sehat dan selamat. Alhamdulillah meskipun susah dan persiapannya cuma setengah-setengah, saya bisa melahirkan dengan cara vbac. Meski pake drama ketuban rembes plus gak tahan ngeden di bukaan 8 akhirnya saya bisa juga ngerasain proses persalinan normal. Kalau dikasih kesempatan lagi saya mau bener-bener mendalami hypnobirth karena ternyata nahan ngeden yang rasanya aduhay itu cukup menggoda iman buat langsung sc aja ahahaahha *self toyor*.


5 minutes old Yoshio :)

Monday, January 6, 2014

An Update About Ovalocytosis

Well..akhirnya setelah berminggu-minggu berusaha bertemu dengan hematolog yang direfer oleh obgyn saya, akhirnya beberapa minggu yang lalu saya berhasil bertemu dan konsultasi langsung dengan beliau. Hari itu saya datang ke rumah sakit dengan membawa beberapa hasil cek darah yang berkaitan dengan kondisi saya ini. Setelah saya menjelaskan kondisi yang saya alami, beliau langsung menyarankan saya untuk melakukan beberapa tes lanjutan yang sebenarnya lebih berhubungan dengan kondisi darah kental. Bingung? Sudah pasti...lah wong hasil ACA saya bagus kok. Namun akhirnya setelah berdiskusi dengan suami saya memutuskan untuk mengikuti anjuran dokter dan memeriksakan kembali darah saya di lab.

Seminggu kemudian saya kembali ke rumah sakit dengan berbekal hasil lab saya. Gak disangka-sangka ternyata saya malah memiliki kecenderugnan darah kental. Iya sih ACA dan Anti B2GP saya normal, tapi....fibrinogen dan d-dimer saya angkanya agak tinggi. Lalu hasil agregasi trombosit saya juga menunjukkan kalau ternyata saya memiliki darah yang cenderung lengket. Kaget gak sih...mau konsul apa yang ketauan malah apaan -____-"

Melihat hasil itu, beliau langsung meminta saya untuk mulai meminum obat pengencer darah. Ketika saya bertanya lagi tentang ovalositosis yang saya alami ini, beliau hanya menjawab kalau selama hb saya tidak rendah tidak akan apa-apa. Agak kurang puas sih dengan jawabannya karena sebenarnya saya penasaran kenapa bentuk sel darah merah saya bisa berubah padahal sebelumnya normal. Tapi di sisi lain agak lega karena beliau tidak menunjukkan kekhawatiran tentang ovalositosis ini. Mungkin karena ini biasanya penyakit genetis, tapi mungkin juga memang karena jika tidak ada keluhan apapun ya tidak apa-apa. Mungkin setelah melahirkan nanti saya akan coba cari second opinion paling tidak untuk sekedar memuaskan rasa penasaran saya hehehe. Well...3months to go! Hope everything will be okay!

Wednesday, November 13, 2013

Hamil dengan Southeast Asian Ovalocytosis

Di kehamilan kali ini saya berkenalan dengan satu kondisi baru yang namanya Southeast Asian Ovalocytosis (SAO). Saya juga baru tahu kalau saya punya "keanehan" ini setelah cek darah rutin untuk kehamilan. Selain panel cek darah rutin trisemester 1, obgyn saya juga meminta saya melalukan cek analisa gambaran darah tepi. Well, waktu hamil yang kemarin juga diminta sih dan hasilnya oke-oke saja. Ealah...ternyata kok ya yang ini malah aneh hasilnya. Eritrosit saya terkesan oval bentuknya. Southeast Asian Ovalocytosis atau Ovalositosis sendiri merupakan penyakit kelainan darah yang tandai oleh eritrosit berbentuk oval, kaku, dan resisten terhadap parasit malaria. Penyakit ini biasanya merupakan penyakit keturunan dan sangat umum di daerah Asia Tenggara, khususnya Malaysia dan Papua. Penyebabnya? Kalau menurut beberapa artikel di internet yang sempat saya baca, penyebabnya yang paling umum adalah kelainan genetik yang menyebabkan adanya mutasi di membran protein sel darah merah. Maka dari itu biasanya ini adalah penyakit keturunan.

Ini kira-kira perbandingan sel darah merah normal dan yang tidak. Ovalositosis yang bentuknya oval.

Kondisi ini bisa menyebabkan anemia dan jaundice pada bayi yang baru lahir. Namun untuk orang dewasa biasanya kondisi ini tidak menampakkan gejala yang berarti. Pada pemeriksaan lebih lanjut, kadang tampak pembesaran pada limpa dan pada kasus yang amat parah ada kemungkinan dilakukan pengangkatan limpa. Kasus ini juga sering menimbulkan komplikasi pada daerah ginjal atau bahkan batu ginjal.


Karena kondisi itu, lab yang bersangkutan menyarankan saya untuk melakukan cek analisa membran eritrosit. Jadilah obgyn saya meminta saya untuk melakukan tes tersebut. Oh iya untuk panel pengecekan ini cuma bisa dilakukan di laboratorium Eijkman yang letaknya disamping persis RSCM. Untuk melakukan tes darah ini, kita harus buat janji terlebih dahulu. Setelah keluar hasilnya, ternyata memang benar...saya positif Southeast Asian Ovalocytosis. Menurut dokter genetika yang menganalisa darah saya, hal ini terjadi karena adanya mutasi protein membran band 3. Kenapa itu bisa terjadi? Well..obgyn saya hanya bisa mereka-reka karena jujur dia katakan ini kasus yang amat langka. Malah selama 20 tahun dia praktek saya ini kasus yang ketiga yang pernah dia tangani. Maka dari itu saya dirujuk ke hematolog untuk konsultasi lebih lanjut.

Kemarin saya sudah mencoba konsul ke Prof. Karmel, hematolog yang cukup terkenal di Jakarta. Namun sayang, begitu saya sampai di tempat beliau praktek saya baru tahu kalau beliau sedang cuti minggu ini. Karena jadwal beliau yang kosong masih 2 minggu lagi, jadi lah saya disarankan oleh suster di klinik untuk konsul dengan dokter pengganti saja. Menurut susternya sama saja. Tapi sayang, tampaknya beliau kurang paham tentang SAO ini dan saya mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan. Setelah saya melakukan kontak obgyn saya, beliau menyarankan saya untuk menunggu Prof Karmel praktek dan berkonsul langsung dengan beliau. Jadi, we'll see how it actually is within the next 2 weeks *fingers crossed*.

Sebenarnya saya juga sudah coba "konsultasi" pada google. Namun karena ini merupakan kasus yang langka, maka artikel yang berkaitan dengan kondisi ini pun sangat jarang yang amat komprehensif. Apalagi artikel yang berkaitan dengan kehamilan.

Semoga saja kondisi ini tidak serius dan terutama tidak membahayakan janin ya...aamiin! Will do the update soon!

gambar diambil dari sini

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Hereditary_elliptocytosis
http://en.wikipedia.org/wiki/Southeast_Asian_ovalocytosis
http://www.healthcentral.com/ency/408/000566.html?ic=2602
http://tiasabrina.blogspot.com/2009/06/ovalositosis.html
http://bloodjournal.hematologylibrary.org/content/87/4/1656.full.pdf

as written on http://mommiesdaily.com/2013/11/12/hamil-dengan-southeast-asian-ovalocytosis/

Wednesday, September 18, 2013

#2

Awalnya sih saya lagi dengerin curhatan temen saya yang tetiba kebobolan, eh kok pas denger saya ngerasa punya "gejala" yang sama kayak dia. Errr...sebenernya sih dari pas bulan puasa udah mulai curiga soalnya kok ya ini gak dapet2....terus udah sering godain suami juga...udah sempet cek juga 2 kali tapi negatif. Jadi lah saya mikir dengan super pede-nya "Ah paling cuma gara-gara hormon.." eh ya kok pas denger si temen curhat kok jadi ngerasa sama...

Gak mau lama-lama penasaran *ntar kebawa ngiggo pas tidur kan gak lucu* jadi lah saya "kabur" ke mini market terdekat buat beli testpack. Pas pulang langsung kabur ke kamar mandi buat tes...waktu itu suami masih asik main sama si bocil. Pas diliat hasilnya... *JENGJENGJENGGG...* ternyata positif juga sodarah sodarah! Langsung lah saya laporan sama si suami yang cuma bisa cengegesan pas tau hasil test nya *gigit si suami* terus langsung deh bikin janji sama obgyn langganan dan dapetnya seminggu lagi donggg *ngais tanah*. Sebenernya sempet panik juga soalnya pas seminggu sebelum lebaran kan kena tonsilitis aka infeksi amandel, terus pake acara minum obat segambreng yang satu diantaranya adalah antibiotik :-/ jadi kepikiran donnggg....ini si bocil #2 kenapa2 gak nih :-/

Pas jadwal berkunjung ke dokter tiba...saya langsung disambut si obgyn yang langsung bisa nebak kalau saya ketemu beliau karena hamil lagi hahahahaha *ya iya disuruh balik buat pap smear, KB plus suntik hpv malah gak dateng2*. Setelah ngasih info tentang hari terakhir haid plus sedikit refresh tentang kondisi kehamilan kemarin, langsung lah dilakukan cek usg buat memastikan bener apa gak hamilnya. Pas diliat...wuiiihhh rumahnya udah keliatan dan ada kemungkinan haid saya meleset lagi sama kayak hamil pertama. Soalnya janinnya kecil...gak sesuai usia prediksi kalau dari haid terakhir, tapi Alhamdulillah sejauh ini oke dan denyut jantungnya udah kedengeran walaupun pelan. Terus saya langsung cerita tentang kejadian sakit saya seminggu sebelum lebaran itu. Langsung deh cek ke apotik dan Alhamdulillah ternyata AB yang dikasih aman buat bumil hihihihi jadi legaaaaa deh. Semoga hamil yang sekarang lancar jaya kayak jalan tol yaaaa dan semoga bisa vbac *aamiin!*.


Thursday, August 15, 2013

Breastfeeding While Having Dengue Fever, Thyphoid, Tonsilitis and Swollen Nodes

First of all...nope semua penyakit itu untungnya gak saya "dapat" secara berbarengan. Semua berawal dari gejala mirip flu yang muncul di hari Minggu siang waktu itu. Pas lagi jalan-jalan bareng keluarga kok ya tiba-tiba badan sakit-sakit dan malemnya malah makin parah...saya mulai demam. Karena saya kira flu ya udah saya bawa tidur aja sambil kemulan. Eh ya kok besoknya malah jadi gak bisa makan.Begitu 3 hari panasnya gak hilang-hilang akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke dokter umum. Cuma sayang...dokter yang saya datangi tidak terlalu RUM. Diagnosa sementara memang "hanya" radang tenggorokan, tapi saya sudah dikasih berbagai obat paten termasuk antibiotik. I ended up only take one dose of each meds prescribed simply karena gak yakin sama diagnosanya.

Setelah besoknya si sakit ini gak makin baik akhirnya saya memeriksakan diri ke internist langganan saya. Yah memang beliau juga tidak terlalu RUM sih, cuma paling tidak dia cukup kooperatif dan gak akan memberi obat yang gak diperlukan. Begitu masuk ruang praktek saya langsung diperiksa dan setelah saya cerita semua keluhan saya diberi resep dan pengantar lab plus pengatar kalau-kalau saya harus rawat inap. Oh iya pas diberi resep saya menginformasikan juga kalau saya masih menyusui jadi diberi resep yang aman untuk ibu menyusui. Setelah selesai saya langsung ke lab untuk cek darah. Ternyata hasilnya....saya positif tifoid (atau tifus) dan positif lemah DB. Karena internist saya sudah selesai prakteknya, jadilah besok saya kembali lagi memberikan hasilnya. Untungnya karena trombosit saya masih cukup tinggi jadi saya hanya perlu pantau trombosit saja (yang artinya regular visit to the hospital back and forth) plus konsumsi antibiotik dan beberapa obat lainnya.

Well sebenarnya ada juga sih beberapa orang yang dirawat tanpa antibiotik, cuma dari yang saya baca dia dirawat di rumah sakit...sedangkan saya "nekat" pilih rawat jalan. Even sebenarnya lebih enak rawat inap, tapi ya kalau rawat inap kasian si bocil gak ada yang nguirusin. Untungnya semakin hari trombosit saya terus naik jadi Alhamdulillah gak ada hal-hal serius lain yang harus dikhawatirkan. Saya hanya harus menyelesaikan pengobatan saya dan banyak istirahat plus makan sehat (yang pada prakteknya agak susah ya...apalagi saya gak ada ART). Untung si ayah work at home dad jadi bisa "direpotin" macem2 hehehehe.

Nah...baru sebulanan sembuh total dari penyakit yang totally self limiting itu eh kok tiba-tiba si serangan badan sakit-sakit plus meriang dateng lagi. Cuma kali ini sakitnya dibarengin sama rasa gak nyaman di tenggorokan terutama sebelah kanan. Kembali saya kira ini batpil biasa jadi ya cuek bebek aja. Cuma kok setelah 3 hari amandel saya jadi bengkak plus rahang saya mulai sakit dan terasa sedikit bengkak. Saya sempat iseng cek "keadaan" tenggorokan dan amandel saya...eh kok ya kayak ada sariawan di situ (yang ternyata setelah browsing itu bukan sariawan tapi semacam "bercak" yang menandakan ada infeksi amandel. Yang horornya lagi...malam sebelum akhirnya saya memutuskan untuk cek ke dokter tiba-tiba saya mimisan T_T banyak banget lagi T_T. Jadilah besok harinya saya pergi untuk cek ke THT. Setelah diperiksa dokter THT nya bilang saya kena infeksi amandel yang berasal dari sinusitis saya. Cuma dokternya kurang kooperatif. ketika saya menginformasikan kalau saya masih menyusui dia malah bilang "Yah terus gimana dong...ini harus pakai antibiotik". Lah padahal kan kalau memang perlu AB ya gak papa kan bisa tolong dibantuk resep AB yang memang aman untuk ibu menyusui. Jadilah si resepnya gak saya ambil dan saya malah jalan ke mall sambil ngabuburit (kebetulan waktu itu pas lagi puasa) plus bukpusbar sama beberapa teman.

Besoknya rahang dan amandel saya makin bengkak. Ternyata rahang yang bengkak itu akibat kelenjar limfe yang ada di leher juga ikut membengkak. Kayaknya sih infeksinya sudah agak parah. Lalu si mimisan terus muncul, kali ini dibarengi lendir yang kental. Karena takut ada apa-apa yang serius akhirnya saya pergi lagi ke dokter THT lain di RS Proklamasi. Karena gak tau harus ke dokter yang mana, saya memasrahkan diri kepada petugas untuk memilihkan dokter THT yang sedang praktek. Ternyata pilihan si petugas ini gak sesuai dengan saya. Selain si dokter agak judes...dia juga terus-terusan bilang kalau amandel saya harus dioperasi. Bukannya bikin tenang malah bikin makin panik -______-" cuma untungnya beliau cukup kooperatif. Ketika saya menginformasikan kalau saya masih menyusui, beliau memberikan resep yang aman untuk ibu menyusui. Alhamdulillah dalam waktu 3 hari, perlahan tapi pasti amandel saya membaik dan setelah hari ke 5 amandel dan kelenjar limfe saya kembali ke ukuran normal *yeay!*.

Untunglah selama sakit dan mengkonsumsi berdosis-dosis obat plus antibiotik itu gak ada masalah berarti dalam menyusui. Plus si bocah juga sejauh ini gak apa-apa :D padahal sempet kuatir juga si bocil kena side effect obat yang mungkin masuk ke ASI. Luckily setelah browsing-browsing obat-obat yang saya konsumsi memang aman untuk busui hehehehe. Moral of the story...ternyata cara cepat (dan gak enak) jadi kurus itu adalah sakit (salah fokus)....ehem okay fokus...jadi moral of the story memang masakan rumahan itu yang terbaik...selain tau takaran dan apa campurannya juga pastinya lebih bersih dan sehat.

Tuesday, May 21, 2013

Cikal Main-Main

Di hari Sabtu kemarin, Sachiko pergi ke sekolah Cikal bareng ayah dan juga bunda. Hmm...apakah itu berarti Sachi udah mulai sekolah? Oh tentu tidak...Sachi kesana dalam rangka acara Cikal Main-Main. Di acara ini Sachi diajak bermain berbagai permainan yang bisa mengasah kemampuan motoriknya dan juga mempererat hubungan dengan ayah bundanya.

go sachi go!
Berhubung ayah dan bunda BUKAN tipe "morning person" jadi bisa ditebak dong....datangnya TERLAMBAT (sungguh jangan ditiru). Acaranya mulai jam 8:30 pagi...ealah kok kita baru jalan jam 8:30 pagi juga. Untung saja acaranya bukan yang terpatok jam jadi meskipun telat, Sachi masih bisa main-main disana. Malah Sachi sempat liat kakak-kakak popzzle nyanyi loh!

Sachi lagi main "Ball to the Bowl"
Permainan disana buanyaaaakkk banget! Ada ball to the bowl, ada face painting, ada make a face, ada fishing game, wah banyak banget deh! Tapi sachi tertarik sama ball to the bowl, jadi deh bunda nemenin Sachi bulak balik masukin bola ke keranjangnya. Setelah itu kita mampir ke arena playground. Di sana Sachi bisa main perosotan sambil memanjat-manjat. Tapi sayang bocahnya belum berani main perosotan, jadinya cuma mondar mandir di area permainan aja deh.

sachi main di playground
Habis itu Sachi ikutan trial di kelas Adik-Adik...kelas perdana Sachiko! *ayah bundanya terharu* Di sini Sachi belajar banyak hal sambil bernyanyi dan juga bermain...seruuuu!!! Cuma sayang...bocahnya malah rewel di tengah kelas...yang masih kegirangan malah bundanya. Jadi melipir dulu deh buat nenen baru abis itu lanjut belajar lagi. Disini kelihatan banget Sachi tertarik sama lagu dan musik, kenapa? Karena pas om dan tante yang ngajar mulai nyanyi Sachi langsung excited! Beda banget kalau om dan tante yang ngajar lagi cerita atau lagi memperagakan sesuatu...2 menit pertama sih fokus lalu di menit ketiga...bubarrrr jalan!!!

Sachi lagi dengerin penjelasan om tentang nama buah
sebelum belajar yuk doa dulu
dengerin om sama tante nyanyi

the little musician
Sebenarnya setelah itu ada kelas bedtime story, cuma sayang Sachi mulai rewel karena lapar, akhirnya diputuskan untuk makan sambil melihat-lihat bazaar yang ada di acara itu. Sachi sempat mampir ke booth ELC buat coba "Key-Boom-Board" sambil gaya kayak musisi cilik.

Overall kita senang sekali ada event semacam ini. Selain bisa free trial *ehem emak2 demen gratisan* Sachi juga dikenalkan sama berbagai macam permainan dan bisa belajar sosialisasi sama kakak-kakak dan teman-teman yang ikut main di sana. Kalo ada lagi pasti kita dateng lagi.

all photo courtesy of ayahnya Sachiko ^^

Monday, May 20, 2013

Dear Diare

Minggu kemaren Sachi kena diare T_T even anaknya masih pecicilan sana-sini tapi diarenya sempet bikin panik karena acara muncul darah samar plus sempet anget pula bocahnya. Awalnya sih mau dipantau dulu sampai besoknya, karena ayah bundannya masih ragu itu benar darah atau merah karena makanan. Tapi begitu kedua kalinya si darah muncul..langsung deh bocahnya diboyong ke dsa terdekat.

Setelah diperiksa dan ngobrol sama dsa nya beliau merujuk untuk dilakukan cek faeces. Tapi karena itu udah malem banget dan faeces yang bisa di cek harus yang segar dan bukan yang ada di popok jadilah kita pulang dulu untuk istirahat. Besoknya pagi-pagi sekali setelah faeces Sachi berhasil ditampung, ayah langsung dipaksa bangun buat nganter faeces nya ke lab. Setelah di cek ternyata hasilnya gak bagus T_T

Hasil labnya menunjukkan Sachi positif kena rotavirus, lalu ada darah samar dan lendir di pupnya, hasil cek bakteri dan ragi positif, leukositnya cukup tinggi (100-120, normal 1-3) erytrositnya juga tinggi (10-15, normal 0-1) dan yang bikin panik pada hasil cek AMOEBA tertulis TERLIHAT KISTA *jengjreeeenngg*. Panik, langsunglah bunda meluncur ke mbah google buat cari tahu kira-kira Sachi sakit apa. Hasil googling sih menunjukkan Sachi kena Amoebiasis, jadi diarenya karena amoeba. Cuma untuk lebih pastinya memang lebih baik dikonsultasikan dengan dsa. Karena hari itu hari minggu jadi ayah dan bunda cuma bisa sabar nunggu hari senin tiba.

Tadi pagi, setelah heboh dan buru-buru ke rs buat ngobrol dengan dsa yang kemarin menangani Sachi (yang ternyata sudah selesai prakteknya jadi ngobrol by phone *ngok*), Sachi terindikasi kena infeksi bakteri. Tau darimana? Well, karena hasil labnya menunjukkan leukositnya cukup tinggi. Alhasil Sachi diberikan resep Antibiotik untuk membantu melawan bakteri jahat di tubuhnya. Lalu yang hasil cek amoeba nya menurut dsa nya tidak apa-apa (semoga benar demikian aamiin!), tapi yang harus dikhawatirkan ya leukositnya yang tinggi itu. Sempat ragu sih...memang harus ya AB? Tapi...kalau merujuk hasil lab nya sih yah memang demikian adanya. Sempat sih kepikir buat konsul lagi ke dsa sachi saat ini, tapi pasien beliau hari ini full T_T. Jadi Bismillah saja deh semoga feeling ayah bundanya dan diagnosa pak dokternya gak salah. Tapi Alhamdulillah sejak kemarin siang Sachi sudah berhenti diarenya. Tadi pagi pun sudah pupup tapi tidak cair seperti kemarin. Semoga diarenya sudah berlalu.... *aamiin!*

Tuesday, January 1, 2013

Sachiko ONEderful Birthday

Tepat tanggal 26 Desember kemarin, Sachiko berulang tahun yang pertama! *hiphiphore* *tebar confetti* Gak kerasa kayaknya baru kemarin bocahnya lahir eh tau-tau udah setahun aja :').

Untuk ulang tahun yang pertama ini kami sengaja tidak bikin pesta gede-gedean. Kami cuma bikin acara syukuran kecil-kecilan aja bareng keluarga dan pas bangun pagi bikin "ritual" tiup lilin bertiga setelah mandi pagi.

sebelum tiup lilin

Buat ritual tiup lilinnya rasanya gak afdol banget kalo ga ada kuenya. Jadilah sehari sebelumnya saya bolak balik nyari resep kue di internet and then I found this yummy banana cake without baking powder recipe from cosy bake blog. Wiii pas banget! Apalagi mengingat kue ini buat si bocah...jadi semakin sedikit bahan tambahan semakin baik tentunya! Resepnya cukup mudah diikuti dan hasilnya...voila! A simple yet tasty birthday cake *banana dance*

Buat icingnya saya ambil resep dari wholesome babyfood salah satu web bible MPASI Sachi selama ini *big grin*. Hasilnya...bunda sama ayahnya aja DOYAN!!!

Berikut saya share (dan translate) resepnya dan penampakannya (maaf ya gak ada penampakan kuenya yang sendiri)

Banana Cake

Bahan:
3 Telur (pilih yang besar)
150g Gula (saya cuma pakai 100 g karena pisangnya sudah manis)
1/2 sdt Vanilla Essence
125g tepung terigu (ayak)
1 sdt Baking Powder
100g Unsalted Butter cair
130-150g Pisang (haluskan)
.
Cara:
1. Kocok telur, vanilla essence dan gula sampai lembut dan mengembang. Aduk lipat terigu dan butter bergantian ke dalam adonan (diawali dan diakhiri dengan terigu). Aduk lipat perlahan untuk mendapatkan tekstur lembut pada kue.
2. Setelah terigu dan butter tercampur rata, masukan pisang yang telah dihaluskan ke dalam adonan, aduk rata. Tuang ke dalam loyang yang sudah dilapisi kertas kue (saya hanya mengolesi butter ke permukaan loyang). Masukan loyang ke oven yang sudah dipanaskan pada suhu 180 decel selama 45 - 50 menit. 
3. Setelah matang, keluarkan dari loyang dan dinginkan.

Whipped Cream Frosting

Makes 1 frosting for a 2 layer cake

1 pak (8 ons = sekitar 230 g) cream cheese
100 g gula 
1/8 sdt garam
1 sdt vanilla extract
350 ml heavy cream (saya pakai whipped cream cair Anchor)

Cara:
1. Kocok cream cheese, gula, garam, dan vanilla sampai lembut.  Di mangkok terpisah, kocok heavy cream hingga kaku.

2. Aduk adonan heavy cream ke dalam adonan cream cheese hingga rata. 
Note: Icingnya jadi banyak buanget...kayaknya kalau bikin setengah resep juga cukup.

And there you go the easy yet tasty (and healthy) first birthday cake for anyone! :D

Make a wish kiddo!


Happy Birthday! :D

Tuesday, December 4, 2012

Meet Roseola

Semua berawal di hari Senin dini hari. Ketika itu seperti biasa Sachiko terbangun untuk minta nenen. Tapi kok begitu saya posisikan dia badannya terasa panas. Merasa panik langsung saya bangunkan si ayah (yang cuma berhasil melek setengah sadar). Saya berpikir mungkin Sachi mau flu jadi saya susui dia sampai kembali tertidur. Ternyata sampai pagi tiba panasnya belum juga turun. Karena kuatir rewel saya memutuskan untuk tidak masuk kantor dulu. Apalagi kalau panas kan obat termanjur hanya ASI :D tapi semakin malam suhu badan Sachi malah semakin panas T_T karena kuatir akhirnya saya beri dia Tempra. Alhamdulillah suhu badannya turun tidak berapa lama kemudian. Saya pun langsung berpikir mungkin besok juga sembuh...sayang demam ini berlangsung lebih lama dari perkiraan ayah bundanya.

Esok harinya karena merasa kuatir saya pun memutuskan untuk konsul ke dsa. Kebetulan karena dsa yang biasa menangani Sachi sedang tidak praktek, akhirnya kami memutuskan untuk konsul ke dsa lain dulu untuk mendapatkan diagnosis. Beliau menyarankan untuk tetap disusui dan diberikan banyak minum sambil dipantau sampai hari ketiga. Menurut beliau penyakit karena virus biasanya baru ketahuan setelah hari ketiga. Tapi jika padah hari ketiga belum juga turun suhu tubuhnya, beliau menyarankan untuk melakukan cek darah.

Ternyata di hari ketiga panasnya belum juga turun. Merasa gak tega untuk melakukan cek darah, kami memutuskan untuk kembali ke dsa esok harinya. Eh...besok paginya suhu tubuh sachi malah mulai berangsur normal! Tapi karena kuatir, kami tetap memutuskan ke dsa. Karena panasnya disertai juga dengan batpil...si dsa mengdiagnosa sachi dengan common cold. Ternyata diagnosa itu salah.

Sore harinya saya mendapatkan telepon dari rumah yang mengatakan Sachi rewel dan muncul merah-merah di tubuhnya. Panik dan bingung saya langsung menelepon ayah dan bergegas pulang ke rumah. Selama perjalanan pulang saya langsung berkonsultasi dengan beberapa sahabat...dari situlah saya mulai berkenalan dengan ROSEOLA. Begitu pulang dan melihat kondisi Sachi saya mulai yakin kalau dia terkena roseola. apalagi melihat gejalanya yang sama seperti ada yang di mayoclinic yaitu:

  • Demam tinggi, kadang di atas 39 decel selama 3 - 5 hari.
  • Kadang juga disertai hidung berair, sakit tenggorokan atau batuk
  • Kadang juga disertai pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher anak ketika demam
  • Begitu demam turun, biasanya mulai muncul ruam yang biasanya mulai dari dada, punggung, perut lalu menyebar ke leher, tangan dan bagian lainnya. Ruam ini tidak menyebabkan rasa gatal dan bisa hanya muncul beberapa jam atau hingga 2-3 hari.
Kulitnya merah-merah semua :(
Saya langsung berkonsultasi dengan @drOei lewat twitter...beliau membenarkan kalau kemungkinan besar Sachi terkena roseola. Dari situ, seperti ibu-ibu zaman digital pada umumnya, saya berkonsultasi dengan dokter google. Saya pun menemukan artikel tentang Campak Rubella dan Roseola di mommiesdaily. Dari sini, saya semakin mengenal penyakit in. Roseola sebenarnya adalah penyakit yang umum diderita anak-anak usia 6-36 bulan dan biasanya tidak terlalu berbahaya. Penyebabnya adalah virus herpes tipe 6 atau tipe 7, karena itu penyakit ini umumnya tidak membutuhkan obat apalagi antibiotik. Penyakit ini biasanya disebarkan melalui kontak dengan penderitanya lewat udara atau air liur. Kebetulan sehari sebelum sakit Sachi dibawa jalan-jalan ke mall...jadi mungkin dari situ dia terkena virusnya. Teman saya yang anaknya juga pernah terkena virus semacam ini menyarankan agar Sachi juga dikarantina hingga benar-benar sembuh. Bukannya kenapa-kenapa tapi menghindari ada anak lain yang tertular penyakit ini...kan kasian kalau ada yang ikut ketularan :)
 
Merah-merah di tangan

Alhamdulillah hanya bermodalkan ASI (plus parasetamol waktu demam tinggi) dan makan buah, sayur juga banyak minum Sachi berangsur pulih setelah hari ke enam dan pada hari ketujuh ruamnya hampir 80% hilang :D. Emang sih merah-merah plus demam tingginya sempet bikin panik, tapi Alhamdulillah daya tahan tubuhnya lulus ujian!

Wednesday, November 21, 2012

Oh Dear Grannysitter

Seperti sebagian (mungkin sebagian besar) ibu bekerja pada umumnya, saya menggantungkan nasip urus mengurus anak di kala saya kerja pada si Nini atau bahasa kerennya versi saya sih Grannysitter. Awalnya sih karena saya agak parno ninggalin Sachi sama mba2an atau suster di rumah...yang kedua lebih irit (hahaha) yang ketiga saya gak mau anak saya jadi anak suster/anak mbak (yea I'm that selfish). Jadilah begitu cuti hamil mendekati akhir saya mengajukan proposal untuk menitipkan si bocah di rumah ortu. Awalnya saya kira lebih enak dan gampang karena ortu sendiri...tapi ternyata TIDAK JUGA SAUDARA-SAUDARA!

Sampai saat ini saya masih sering berselisih pendapat tentang cara mengasuh Sachi. Mulai dari saya yang memilih untuk tidak memperkenalkan sufor pada Sachi...mencoba RUM ketika Sachi sakit...sampai naik tekstur MPASI. Basically saya mengerti perbedaan informasi dan kemudahan akses berbagai informasi dulu jauh berbeda dengan masa sekarang. Cuma kadang kok ya susah juga komunikasiinnya. Untungnya sih karena sekarang udah ganti dsa jadi kata-kata sakti "kata dokternya...." bisa dipake lagi hihihihihihi...yah walau kadang gak ngaruh banyak juga.

Satu hal yang saya pelajari adalah semuanya harus dikomunikasikan. Nah susahnya saya ini tipe yang lebih suka ngomong ke teman dibanding ortu sendiri....kenapa? Simply karena waktu dulu kalau saya mencoba cerita kedua orang tua saya langsung memberi saya berbagai nasihat dan tak jarang berujung selisih paham. Bahkan sampai saat ini kedua orang tua saya tidak mengerti benar jobdesk pekerjaan saya sebagai seorang copywriter di agency iklan. Alhasil kalo terpaksa lembur sampai malem ya saya kena semprot T_T. Kayaknya kalo saya lembur mereka mengcap saya sebagai ibu ambisius yang tega ninggalin anaknya sampe malem demi kerja..padahal gak gitu-gitu amat juga :))))).

Pada akhirnya saya belajar untuk memperbaiki cara komunikasi saya dengan orang tua. Yah hal-hal simpel seperti saya harus pulang terlambat karena lembur pun mulai saya komunikasikan (dulunya gak pernah  sama sekali). Saya juga belajar mencari celah untuk mengkomunikasikan alasan saya dan cara pengasuhan saya kepada mereka (even belum semua diterima juga).

But overall saya merasa bersyukur kedua orang tua saya (terutama mama) masih mau direpotin buat ngurus cucu di usianya yang sudah tidak muda lagi. Mudah-mudahan mereka masih diberi kesehatan jadi bisa ikut main sama cucu yang kedua...ketiga...keempat...kelima...dan cucu cucu berikutnya...amiiinnn.


Wednesday, November 14, 2012

Sedia Stok Sabar Sebelum Terlambat

Sejak Sachiko hadir di dunia, saat itu lah ambisi baru saya mulai muncul...saya bertekad menjadi ibu yang TERBAIK buat Sachi dan adik-adiknya nanti. Ambisi boleh dong superduper muluk huehehehehe. Tapi yah kenyataannya...jauh dari itu. Satu yang saya sadari setelah punya anak...ternyata jadi ibu berarti harus banyak banyak sedia stok sabar. Gak cuma sekali dua kali saya kelepasan marah ke Sachi. Kadang saking kesel (dan capeknya) saya jadi kepingin nyubit Sachi (untungnya gak pernah kejadian) yang berujung ke sayanya ikutan nangis karena ngerasa bersalah :'(

Kemarin kesabaran saya pun kembali diuji. Entah karena terlalu capek atau rindu nenen, Sachi GTM hampir seharian. Cuma beberapa suap yang masuk dan setelahnya....dia merajuk ke bundanya lalu merogoh-rogoh baju saya...minta nenen :))))))). Saya coba membujuk Sachi agar mau menghabiskan paling gak setengah porsi makanannya terlebih dahulu, tapi yang kejadian malah si bocah nangis. Akhirnya karena Sachi juga terlihat mengantuk, saya coba tidurkan dulu bocahnya. Ehyakok malah tambah kejer nangisnya. Merasa bingung, capek, laper (plus kesel sama si ayah) akhirnya saya malah kelepasan ngebentak Sachi :(((((((.

Saya kesal sih sama diri saya sendiri, kenapa saya gak cukup sabar dalam menghadapi anak sendiri. Apalagi bocahnya masih bayi dan belum bisa ngomong...ya wajar aja dia nangis buat mengkomunikasikan apa yang dia mau. Di sisi lain, ibu adalah manusia yang biar bagaimanapun juga tetap punya batas sumbu kesabaran. Well...like it or not being a parent means more patience. Sabar menanti perkembangan motorik anak...sabar mengajari anak apa yang boleh dan yang tidak...sabar menyuapi anak...sabar menemani anak belajar...dan segudang sabar sabar lainnya. Being a parent also means we'll learn something everyday...dan hal itu tampaknya juga termasuk belajar sabar.