Wednesday, August 29, 2012

My Breastfeeding Journey

Hari ini sachiko tepat berusia 8 bulan 2 hari. Selama itu pula perjalanan saya untuk memberinya ASI sudah dilalui. Apakah mulus? Well...sayangnya tidak. Sachiko lahir dengan kondisi IUGR, ia terlilit tali pusar terlalu banyak (4 lilitan) sehingga tali pusarnya bocor dan asupan makanan menjadi tidak optimal. Ia lahir dengan berat badan 1,7 kg dan panjang 41 cm. Mungil ya?

Sachiko usia beberapa menit

Setelah melahirkan, saya tidak bisa melakukan IMD. Kondisi bayinya tidak memungkinkan kata para suster yang menemani saya pasca operasi. Saya yang kala itu masih terpengaruh obat bius tidak berpikir macam-macam. Saya hanya berpikir "ah mungkin akan diobservasi satu hari besok sudah bisa diantar ke saya untuk disusui." namun ternyata saya salah. Sachiko harus masuk inkubator dan dia tidak bisa saya susui secara langsung. Sachi juga hampir diberi sufor, beruntung waktu itu ada teman saya yang juga baru melahirkan dan bersedia menyumbangkan ASI ny untuk Sachi.

Hari kedua pasca operasi, dada saya bengkak dan Alhamdulillah ASI saya keluar, bahkan sampai merembes ke daster. Tapi sayang, si mungil Sachi belum boleh disusui secara langsung. Mulailah saya memompa ASI dan menyetok demi kebutuhan ASI bayi mungil saya. Hasil perahan pertama saya cuma bisa mbasahin pantat botolnya aja. Sempet deg-deg an dan stress karena takut gak cukup. Gimana enggak, suami saya bilang Sachi "dijadwal" minum 15ml per 3 jam...tentu hal itu bikin saya kejer2an dengan stoknya.Untungnya banyak temen-temen yang dateng bikin saya relax dan akhirnya ASI pun berhasil mengucur deras dan stok pun aman :D.

hasil pumping perdana


Hari hari berikutnya drama baru dimulai. Karena Sachi dianggap memiliki reflek hisap yang lemah, jadilah ia dikenalkan pada dot di hari ketiga. Saya yang masih belum bisa menyusui secara langsung hanya bisa pasrah karena tidak tahu kalau sebenarnya "latihan" itu tidaklah perlu.

Saya baru bisa menyusui secara langsung pada hari keenam. Saat itu pula akhirnya saya bisa mendekap dan menciumi bayi saya dari dekat. Pengalaman pertama saya menyusui Sachi berlangsung cukup membingungkan karena saya tidak dipandu secara khusus oleh ahli laktasi. Sebenarnya suster di perina sudah mencoba membantu, namun karena banyak bayi yang juga butuh dipantau maka saya lebih banyak mengandalkan ingatan dan insting.

pertama kali menyusui si mungil
Tapi pada hari ke delapan hal aneh mulai terjadi. Sachi mengamuk setiap kali saya susui. Pada awalnya ia mau setelah disendoki beberapa mili, tapi lama kelamaan dia menolak saya susui langsung sama sekali. Sedih rasanya ditolak oleh bayi sendiri. Saya yang kala itu bingung mencoba mencari tahu apa masalahnya. Apakah posisi saya yang salah? Atau apakah aliran ASI saya yang terlalu deras? Setelah bertanya dan konsultasi lewat email dengan AIMI, baru lah saya menyadari kalau Sachiko bingung puting! Ternyata latihan reflek hisapnya itu berujung pada penolakannya untuk menyusu langsung. Hancur rasanya hati saya.

Masalah tidak berhenti sampai di situ. Well karena Sachi termasuk kategori bayi berat lahir rendah, ia rentan banget kena breastmilk jaundice. Ketika usianya baru 4 hari bilirubinnya sempat naik dan ia pun harus di fototerapi selama dua hari. Lalu ketika usianya 9 hari bilirubinnya naik lagi...jadilah Sachi yang harusnya sudah bisa pulang terpaksa menginap di perina sehari lagi.




Akhirnya pada hari kesepuluh Sachiko kondisinya sudah memungkinkan untuk pulang. Mulailah saya menyingkirkan semua dot dari rumah dan menggunakan teknik spoon feeding sembari mengajari dan membujuk Sachi agar mau menyusu langsung. Keadaan yang jika diingat kembali cukup melelahkan secara fisik maupun mental. Tak jarang saya menangis dan bahkan "marah" ke Sachi karena dia sudah "menolak" saya. Tampaknya baby blues memang mampir ke diri saya kala itu.

Untung saya orangnya ngotot :p jadi meski saya lelah dan sedikit frustasi, saya terus maju pantang mundur karena saya mau kayak teman-teman saya yang lain...bisa nyusuin langsung! Dan ke "ngototan" saya itu akhirnya berbuah manis juga. Tepat satu minggu setelah Sachi "dilatih" (dan dirayu setiap waktu) akhirnya dia mau juga menyusu langsung ke saya. Rasa senangnya tak bisa digambarkan dengan kata-kata yang pasti ada rasa LEGA yang besar banget begitu akhirnya dia mau nempel di payudara tanpa penolakan.

Sekarang Sachiko sudah mulai MPASI. Perjuangan ngASI saya akhirnya menjadi (sedikit) lebih ringan, tapi perjalanan saya masih panjang. Saya amat bersyukur masih terus diberi kesempatan memberi ASI pada Sachi hingga saat ini dan semoga kesempatan ini bisa terus ada hingga 2 tahun atau lebih, karena saya yakin ASI lah yang terbaik untuk bayi saya.

So give your best shot mommies, because breastfeeding is the best option for you and your baby :)




Thursday, August 9, 2012

Sachiko Solid Story

Gak kerasa sachiko sudah hampir 2 bulan mulai makan. Awalnya sih emang gak gampang nyuruh si bocah untuk makan. Sempet ditolak mentah-mentah malah T_T. Tapi dari penolakan-penolakan itu akhirnya saya (dan juga ayah dan nininya) jadi tau apa saja yang si bocah suka dan apa yang dia gak suka. Untungnya lagi Sachi gak keberatan makan sambil duduk, baik itu dipangku, duduk di high chair atau di bouncer jadi ritual makan-makan jadi lebih mudah karena gak harus keliling komplek dulu hehehehe.

Sejauh ini bisa dibilang si bocah cukup doyan makan (err...asal gak lagi ngantuk aja sih) dan cenderung suka rasa manis. Kalau menurut beberapa artikel sih wajar karena rasa ASI itu manis, jadi bayi mencari rasa yang dia kenal.

belepotaaannn XD

Menganut panduan WHO, saya selalu menyiapkan makanan Sachiko sendiri (errr dan dengan bantuan nininya hehe :P). Jadi setiap pagi saya selalu mengukus buah/sayur dan mulai melumatkannya untuk dimakan menjelang siang nanti. Mulai usia 6,5 bulan, Sachiko sudah mulai saya kenalkan dengan kaldu. Biar ga repot, saya selalu bikin kaldu satu panci gede dan setelah jadi disimpan dalam container kecil-kecil untuk 5 hari sampai seminggu. Ternyata kalau dikasih kaldu, Sachi makannya lahap! *big grin* Setelah kenalan sama kaldu mulailah kenalan sama bubur saring dan daging/ayam giling. Awalnya sih ogah-ogahan...lama-lama dia malah doyan *yayy!!* Makin semangat deh ngasih makan buat bocahnya.

Sebenarnya saya pingin banget variasiin sayur mayur yang ada di bubur timnya Sachi, tapi apa daya malah dimarahin sama nininya yang memang masih aliran lama (_ _"). Untungnya si bocah belum keliatan bosen sih sama bubur yang isinya itu-itu aja hehehehe. Semoga bulan depan nini nya mulai nyerah dan ngebolehin bundanya bikin variasi bubur saring.
kalo makan maunya sambil gigit sendok (_ _")

Oh iya saya mau share beberapa tips yang mungkin berguna buat bunda yang baru mulai MPASI:

1. Semangat, semangat, semangat!!
Si bocah belum tentu langsung mau makan begitu dikenalin makanan. Yah kalo dipikir-pikir kemarin kan cuma mimi aja sekarang dia harus belajar asupan baru, wajar aja sih kalau ada penolakan di awal. Sachiko aja butuh waktu 2 minggu sampai akhirnya terbiasa. Yang penting bundanya jangan nyerah!

2. Bikin acara makan-makan jadi seru.
Biasanya sih kalo Sachi udah keliatan males-malesan makannya, saya dan nini nya langsung mulai nyanyiin lagu kayak cicak-cicak di dinding, pelangi-pelangi, naik kereta api. Dijamin heboh hehehehe.

3. Satu sendok makan cukup
Namanya juga masih icip-icip jadi gak perlu nyiapin porsi banyak-banyak. Sejauh ini saya mengikuti guide seorang teman baik saya. Saya selalu menyiapkan porsi awal sebanyak satu sendok makan saja. Toh bocahnya masih belajar makan jadi gak harus banyak porsinya. Lagipula umur 6 - 7 bulan asi/sufor masih dominan kok.

4. Gak habis = gak suka?
Well...belum tentu. Bisa jadi memang kapasitas perutnya hanya segitu. Bisa jadi juga si bocah memang gak suka atau belum terbiasa dengan makanan baru itu. Bisa jadi juga...si bocah memang udah kenyang karena baru di mimiin, jadi gak sanggup makan lagi. Kalau untuk Sachi sih biasanya habis mimi paling cepet sejam setelah itu baru saya kasih makan. Tapi sebaiknya sih 2 jam biar bocahnya bener-bener laper.

Semoga berguna ;)