Tuesday, July 31, 2012

Tiba Tiba Jatuh

Tadi pagi seperti biasa saya membiarkan Sachiko main-main di atas ranjang sembari saya tidur2an (dan colongan tidur juga). Seperti biasa juga dia hanya saya batasi guling dan bantal saja karena saya kira kalau dia sampai ke pinggir dia ajak mendorong bantalnya dulu dan itu bisa saya jadikan alarm. Tapi pagi ini saya salah. Saya ketiduran dan tetiba ada suara "BRAK" diiringi tangisan kesakitan dari Sachi. Ternyata bocahnya sudah handal manjat-manjat jadi dia dengan sukses meluncur ke bawah T_T.

Sachiko langsung saya gendong dan coba saya tenangkan. Tapi apa daya...dia terus menangis kencang meraung-raung dan baru tenang begitu digendong nininya T_T. Akhirnya saya ikut coba menenangkan diri juga. Begitu sudah tenang saya dibantu ayahnya mencoba mencari tanda kegawatan seperti benjol, memar, mata juling, hilang koordinasi tubuh, luka, atau muntah. Beruntung semua tidak ada. Akhirnya begitu Sachi tenang saya langsung coba susui sampai akhirnya dia tertidur sebentar. Begitu bangun si bocah udah mau bercanda-canda lagi tapi bibirnya kok jadi kayak Angelina Jolie.

Kayaknya berkorban jadi ibu artinya berkorban jam tidur juga T_T hixs...menyesal memang selalu datang belakangan.

Thursday, July 12, 2012

RUM ohhh RUM

Sebelum akhirnya hamil dan punya anak, saya sebenarnya gak terlalu pemilih kalo dalam urusan dokter. Biasanya manut aja apa kata mama *anak mama* pergi ke dr a buat sakit ini, kalo sakit ini ke dr b, dan dokter2 lainnya. Nah...pas hamil kemaren mulai lah gw terpapar dengan istilah RUM ini. Sebenernya apa sih RUM itu? Well RUM aka Reasonable Use of Medication sebenarnya mengacu ke pengertian menggunakan obat secara bijak dan tepat. Contoh yang paling gampang ya penggunaan antibiotik. Banyak yang "cuma" sakit batpil udah panik dan akhirnya minta diresepin antibiotik. Padahal setelah browse sana sini, baca sana sini, tanya sana sini batpil itu disebabkan oleh virus, sedangkan antibiotik dimaksudkan untuk membunuh bakteri. Lah kalo gitu ya salah dong?

Sebenarnya sejak mulai hamil saya sangat berhati-hati akan penggunaan obat. Takut janinnya kena efek sampingnya. Nah disitulah saya mulai kenalan sama si RUM ini. Dari berbagai macam website dan forum seperti mommiesdaily dan urbanmama juga akun sosial media beberapa dsa dan obgyn, saya mulai banyak tahu tentang berbagai penyakit yang bisa ditangani dengan home treatment saja. Memang sih home treatment ini kadang lebih lama dari pemakaian obat, tapi untuk badan efeknya jauuuhhh lebih baik karena kita ga "memasukkan" zat kimia (yang kadang ga perlu) ke dalam tubuh.

Nah, ketika si bocil udah muncul di tengah keluarga kecil kami, makin lah saya menjadi RUM-minded. Bukan apa-apa...setelah banyak baca saya malah jadi ngeri sama efek jangka panjang dari penggunaan obat2an ini. Sayang niat baik saya ini kurang mendapat dukungan dari keluarga. Bukan...bukan si suami...tapi orang tua saya. Aki Nini Sachiko terlalu sayang sama si bocah mungil ini...sampai-sampai kalau batuk sedikit atau ketika panas sedikit langsung ingin diobati biar dia cepat sembuh.

Pernah sih ceritanya sok2 sharing sama ortu...eh ujung2nya dibilang sok tau..."dokter kan punya ilmunya...dia lebih tau" kira2 gitu kata ibu saya (_ _"). Malah ga jarang saya disangka "pelit" karena cenderung memilih home treatment daripada obat2an. Masalahnya...dsa Sachi yang sekarang mungkin ga tega ngeliat anak kecil sakit sedikit jadi ia selalu meresepi antibiotik. Padahal kalau memang cuma batpil biasa ya antibiotik ga ada gunanya untuk nyembuhin si penyakitnya ini.

No...saya bukan anti obat apalagi antiobiotik. Kalau memang perlu ya kenapa ga? Masalahnya ternyata masih banyak dokter yang belum menganut paham RUM maupun paham smart use of antibiotics. Jadi mau ga mau kita yang harus membekali diri sendiri dengan berbagai macam referensi. Sekarang gampang kok nyari informasi tentang penyakit dan obat. Well kalau Sachi sakit biasanya saya cek ke mayoclinic atau nanya aja ke akun sosmed dsa yang saya punya. Kalau memang dirasa anak semakin tersiksa atau semakin berlarut-larut saya gak akan nunda-nunda lagi buat ke dsa.

Sekarang sih RUM ny masih setengah-setengah dengan alasan "kompromi" dengan kemauan Aki-Nini nya. Kayaknya saya harus ngajak mereka ke seminar tentang RUM biar lebih percaya.

Monday, July 2, 2012

Mencicip si Merries

Sejak usia 3 bulan dan dengan pertimbangan Sachi yang super duper susye tidur siang juga biar nininy ga ribet nyuci..akhirnya Sachi mulai full pake popok disposable. Sunggu pilihan yang memang gak ramah lingkungan juga kantong. Sebenernya sempet sih terpikir buat nyoba pake clodi, tapi karena nini nya gak mau dicariin asisten buat ngebantu2 di rumah jadi nanti jadi kelimpungan kalo harus diajarin cara merawat clodi yang susah-susah gampang itu.

Eniweis...ceritanya nulis ini mau share the-so-called-review tentang produk yang baru Sachi coba kemarin. Jadi karena rasa penasaran dan akibat rayuan mba2an SPG...jadilah si bunda membeli popok Merries untuk si bocil. Awalnya sih mikir...yah popok paling kan gitu2 aja. Ternyata eh ternyata setelah dicoba popok ini oke juga. Pas dibuka..wuihh popoknya luebar...agak kurang pas buat postur Sachi yang cenderung "langsing" tapi setelah dipakai ternyata gak masalah. Popoknya juga cukup tinggii jadi bisa dipake sampe ke perut (note: Bocahnya "baru" 60,5 cm dan pake size S).


Bahannya juga lembuuuttt banget dan lagi ada penanda pipisnyaaa!!! *yeay* Sejauh ini fitur penanda pipis cuma saya temuin di popok merek Pampers dan ini lah salah satu alasan kenapa Sachi mostly pake Pampers. Oke back to the-so-called-review...selain itu popok ini juga cukup tahan bocor dan bisa menampung pipis Sachi yang suka massive. Terus pattern popoknya juga lucuuuwwwww ada kelinci2nyaaaa hihihihi (ini gak penting). Popok keluaran PT KAO Indonesia ini masih diimpor dari Jepang, atau demikianlah kata si mba2an SPGnya. Well that explain the unfriendly price.

Sachi posing with Merries
So far sih saya puas pake Merries...tapi sayang karena baru masuk Indonesia jadi gak ada kemasan isi massive seperti teman lainnya. Yang NB dan S cuma ada yang isi 24 kalau yang M dan L saya lupa persisnya isi berapa. Selain itu harganya agak lumayan mihil dibanding popok dispo yang biasa Sachi pake. Apalagi si popok itu sering banget promo di Carrefour *emak2 irt* huehehehehe. Tapi kalau ada bujetnya pasti akan beli lagi si popok imut keluaran Jepang ini :D

Note: ini review gak berbayar hanya sekedar sharing siapa tau bergunaa :)