Tuesday, December 4, 2012

Meet Roseola

Semua berawal di hari Senin dini hari. Ketika itu seperti biasa Sachiko terbangun untuk minta nenen. Tapi kok begitu saya posisikan dia badannya terasa panas. Merasa panik langsung saya bangunkan si ayah (yang cuma berhasil melek setengah sadar). Saya berpikir mungkin Sachi mau flu jadi saya susui dia sampai kembali tertidur. Ternyata sampai pagi tiba panasnya belum juga turun. Karena kuatir rewel saya memutuskan untuk tidak masuk kantor dulu. Apalagi kalau panas kan obat termanjur hanya ASI :D tapi semakin malam suhu badan Sachi malah semakin panas T_T karena kuatir akhirnya saya beri dia Tempra. Alhamdulillah suhu badannya turun tidak berapa lama kemudian. Saya pun langsung berpikir mungkin besok juga sembuh...sayang demam ini berlangsung lebih lama dari perkiraan ayah bundanya.

Esok harinya karena merasa kuatir saya pun memutuskan untuk konsul ke dsa. Kebetulan karena dsa yang biasa menangani Sachi sedang tidak praktek, akhirnya kami memutuskan untuk konsul ke dsa lain dulu untuk mendapatkan diagnosis. Beliau menyarankan untuk tetap disusui dan diberikan banyak minum sambil dipantau sampai hari ketiga. Menurut beliau penyakit karena virus biasanya baru ketahuan setelah hari ketiga. Tapi jika padah hari ketiga belum juga turun suhu tubuhnya, beliau menyarankan untuk melakukan cek darah.

Ternyata di hari ketiga panasnya belum juga turun. Merasa gak tega untuk melakukan cek darah, kami memutuskan untuk kembali ke dsa esok harinya. Eh...besok paginya suhu tubuh sachi malah mulai berangsur normal! Tapi karena kuatir, kami tetap memutuskan ke dsa. Karena panasnya disertai juga dengan batpil...si dsa mengdiagnosa sachi dengan common cold. Ternyata diagnosa itu salah.

Sore harinya saya mendapatkan telepon dari rumah yang mengatakan Sachi rewel dan muncul merah-merah di tubuhnya. Panik dan bingung saya langsung menelepon ayah dan bergegas pulang ke rumah. Selama perjalanan pulang saya langsung berkonsultasi dengan beberapa sahabat...dari situlah saya mulai berkenalan dengan ROSEOLA. Begitu pulang dan melihat kondisi Sachi saya mulai yakin kalau dia terkena roseola. apalagi melihat gejalanya yang sama seperti ada yang di mayoclinic yaitu:

  • Demam tinggi, kadang di atas 39 decel selama 3 - 5 hari.
  • Kadang juga disertai hidung berair, sakit tenggorokan atau batuk
  • Kadang juga disertai pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher anak ketika demam
  • Begitu demam turun, biasanya mulai muncul ruam yang biasanya mulai dari dada, punggung, perut lalu menyebar ke leher, tangan dan bagian lainnya. Ruam ini tidak menyebabkan rasa gatal dan bisa hanya muncul beberapa jam atau hingga 2-3 hari.
Kulitnya merah-merah semua :(
Saya langsung berkonsultasi dengan @drOei lewat twitter...beliau membenarkan kalau kemungkinan besar Sachi terkena roseola. Dari situ, seperti ibu-ibu zaman digital pada umumnya, saya berkonsultasi dengan dokter google. Saya pun menemukan artikel tentang Campak Rubella dan Roseola di mommiesdaily. Dari sini, saya semakin mengenal penyakit in. Roseola sebenarnya adalah penyakit yang umum diderita anak-anak usia 6-36 bulan dan biasanya tidak terlalu berbahaya. Penyebabnya adalah virus herpes tipe 6 atau tipe 7, karena itu penyakit ini umumnya tidak membutuhkan obat apalagi antibiotik. Penyakit ini biasanya disebarkan melalui kontak dengan penderitanya lewat udara atau air liur. Kebetulan sehari sebelum sakit Sachi dibawa jalan-jalan ke mall...jadi mungkin dari situ dia terkena virusnya. Teman saya yang anaknya juga pernah terkena virus semacam ini menyarankan agar Sachi juga dikarantina hingga benar-benar sembuh. Bukannya kenapa-kenapa tapi menghindari ada anak lain yang tertular penyakit ini...kan kasian kalau ada yang ikut ketularan :)
 
Merah-merah di tangan

Alhamdulillah hanya bermodalkan ASI (plus parasetamol waktu demam tinggi) dan makan buah, sayur juga banyak minum Sachi berangsur pulih setelah hari ke enam dan pada hari ketujuh ruamnya hampir 80% hilang :D. Emang sih merah-merah plus demam tingginya sempet bikin panik, tapi Alhamdulillah daya tahan tubuhnya lulus ujian!

Wednesday, November 21, 2012

Oh Dear Grannysitter

Seperti sebagian (mungkin sebagian besar) ibu bekerja pada umumnya, saya menggantungkan nasip urus mengurus anak di kala saya kerja pada si Nini atau bahasa kerennya versi saya sih Grannysitter. Awalnya sih karena saya agak parno ninggalin Sachi sama mba2an atau suster di rumah...yang kedua lebih irit (hahaha) yang ketiga saya gak mau anak saya jadi anak suster/anak mbak (yea I'm that selfish). Jadilah begitu cuti hamil mendekati akhir saya mengajukan proposal untuk menitipkan si bocah di rumah ortu. Awalnya saya kira lebih enak dan gampang karena ortu sendiri...tapi ternyata TIDAK JUGA SAUDARA-SAUDARA!

Sampai saat ini saya masih sering berselisih pendapat tentang cara mengasuh Sachi. Mulai dari saya yang memilih untuk tidak memperkenalkan sufor pada Sachi...mencoba RUM ketika Sachi sakit...sampai naik tekstur MPASI. Basically saya mengerti perbedaan informasi dan kemudahan akses berbagai informasi dulu jauh berbeda dengan masa sekarang. Cuma kadang kok ya susah juga komunikasiinnya. Untungnya sih karena sekarang udah ganti dsa jadi kata-kata sakti "kata dokternya...." bisa dipake lagi hihihihihihi...yah walau kadang gak ngaruh banyak juga.

Satu hal yang saya pelajari adalah semuanya harus dikomunikasikan. Nah susahnya saya ini tipe yang lebih suka ngomong ke teman dibanding ortu sendiri....kenapa? Simply karena waktu dulu kalau saya mencoba cerita kedua orang tua saya langsung memberi saya berbagai nasihat dan tak jarang berujung selisih paham. Bahkan sampai saat ini kedua orang tua saya tidak mengerti benar jobdesk pekerjaan saya sebagai seorang copywriter di agency iklan. Alhasil kalo terpaksa lembur sampai malem ya saya kena semprot T_T. Kayaknya kalo saya lembur mereka mengcap saya sebagai ibu ambisius yang tega ninggalin anaknya sampe malem demi kerja..padahal gak gitu-gitu amat juga :))))).

Pada akhirnya saya belajar untuk memperbaiki cara komunikasi saya dengan orang tua. Yah hal-hal simpel seperti saya harus pulang terlambat karena lembur pun mulai saya komunikasikan (dulunya gak pernah  sama sekali). Saya juga belajar mencari celah untuk mengkomunikasikan alasan saya dan cara pengasuhan saya kepada mereka (even belum semua diterima juga).

But overall saya merasa bersyukur kedua orang tua saya (terutama mama) masih mau direpotin buat ngurus cucu di usianya yang sudah tidak muda lagi. Mudah-mudahan mereka masih diberi kesehatan jadi bisa ikut main sama cucu yang kedua...ketiga...keempat...kelima...dan cucu cucu berikutnya...amiiinnn.


Wednesday, November 14, 2012

Sedia Stok Sabar Sebelum Terlambat

Sejak Sachiko hadir di dunia, saat itu lah ambisi baru saya mulai muncul...saya bertekad menjadi ibu yang TERBAIK buat Sachi dan adik-adiknya nanti. Ambisi boleh dong superduper muluk huehehehehe. Tapi yah kenyataannya...jauh dari itu. Satu yang saya sadari setelah punya anak...ternyata jadi ibu berarti harus banyak banyak sedia stok sabar. Gak cuma sekali dua kali saya kelepasan marah ke Sachi. Kadang saking kesel (dan capeknya) saya jadi kepingin nyubit Sachi (untungnya gak pernah kejadian) yang berujung ke sayanya ikutan nangis karena ngerasa bersalah :'(

Kemarin kesabaran saya pun kembali diuji. Entah karena terlalu capek atau rindu nenen, Sachi GTM hampir seharian. Cuma beberapa suap yang masuk dan setelahnya....dia merajuk ke bundanya lalu merogoh-rogoh baju saya...minta nenen :))))))). Saya coba membujuk Sachi agar mau menghabiskan paling gak setengah porsi makanannya terlebih dahulu, tapi yang kejadian malah si bocah nangis. Akhirnya karena Sachi juga terlihat mengantuk, saya coba tidurkan dulu bocahnya. Ehyakok malah tambah kejer nangisnya. Merasa bingung, capek, laper (plus kesel sama si ayah) akhirnya saya malah kelepasan ngebentak Sachi :(((((((.

Saya kesal sih sama diri saya sendiri, kenapa saya gak cukup sabar dalam menghadapi anak sendiri. Apalagi bocahnya masih bayi dan belum bisa ngomong...ya wajar aja dia nangis buat mengkomunikasikan apa yang dia mau. Di sisi lain, ibu adalah manusia yang biar bagaimanapun juga tetap punya batas sumbu kesabaran. Well...like it or not being a parent means more patience. Sabar menanti perkembangan motorik anak...sabar mengajari anak apa yang boleh dan yang tidak...sabar menyuapi anak...sabar menemani anak belajar...dan segudang sabar sabar lainnya. Being a parent also means we'll learn something everyday...dan hal itu tampaknya juga termasuk belajar sabar.

Tuesday, October 16, 2012

Topi Pak Koko

Di sebuah sungai yang jernih, hiduplah seekor kodok bernama Pak Koko. Pak Koko memiliki sebuah benda kesayangan yang selalu ia gunakan setiap hari, yaitu topi. Semua penduduk kolam pun heran dibuatnya.

Ia memakai topinya ketika jalan-jalan.

Ia memakai topinya ketika menyanyi di atas daun teratai

Ia memakai topinya ketika mengunjungi keluarga ikan mas di dalam sungai.

Ia memakai topinya ketika tidur...bahkan ketika sedang mandi!

Suatu hari datang sebuah angin yang kencang! Semua hewan di kolam langsung berlindung di balik bendungan yang sudah dibangun para berang-berang. Tapi sayang anginnya terlalu kencang, sehingga topi Pak Koko ikut terbawa hembusan angin dan tersangkut di atas pohon.

"Tolong! Topiku tersangkut di atas pohon!" teriaknya. Mengetahui hal itu, hewan-hewan lain berusaha membantunya. Mereka mencoba mengambil topi dengan saling menggendong, dengan galah...tapi sayang usaha itu gagal.

Beruntung seekor burung merpati lewat di atas kolam, seketika Pak Koko langsung meminta pertolongannya. "Tolong aku burung merpati...topiku tersangkut di atas pohon." pinta Pak Koko. Mendengar itu burung merpati langsung mengambilkan topi itu dan memberikannya kepada Pak Koko. "Terima kasih burung merpati!" ucap Pak Koko.
"Tapi kenapa topi kumal ini terlihat begitu penting untukmu?" tanya burung merpati.
"Topi ini sudah melindungiku dari panasnya matahari dan juga derasnya hujan...tanpanya mungkin aku sering jatuh sakit akibat kepanasan atau kehujanan. Topiku selalu setia padaku dan juga menjagaku." jawab Pak Koko Sambil menepuk-nepuk topinya.

Mendengar hal itu hewan-hewan di kolam akhirnya mengerti, mengapa Pak Koko selalu memakai topi.

@mie 2012

Monday, October 1, 2012

ASI Saya Cukup Kok!

Sebelum saya masuk kerja, saya sering bertanya pada diri sendiri. Stok ASIP saya bakal aman gak ya? Kalau enggak apa harus kejar tayang? Apa harus tambal sufor? Lalu tiba lah saat penentuan..dan Alhamdulillah stok ASIP saya tidak pernah kurang atau sampai harus kejar tayang. Saya bisa selalu menyediakan ASIP sesuai dengan kebutuhan Sachi hari itu.

Namun kenaikan bb Sachi yang tidak signifikan selalu membuat para dsa-nya mengkambinghitamkan ASI bundanya. "ASI ibu kurang, kalau kayak gini sih mending ditambah susu bu," begitu kira-kira kata mereka. Sedih? Jangan ditanya...tiap kali kalimat itu mampir ke telinga saya rasanya saya mau teriak dan menunjukkan foto stok ASIP saya di rumah. Saya tidak mendewakan ASI saya...tapi entah mengapa saya yakin kalau ada masalah lain yang menyebabkan bb Sachi sulit naik. Kecurigaan saya ini memang belum terbukti, karena si ayah tidak mau lagi mengantarkan kami untuk peds hopping. "Asal anaknya sehat, aktif, dan perkembangan motoriknya bagus ya gak papa," begitu kata ayah. Sayang nininya tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat itu, ia lebih percaya kata dsa Sachi yang kebetulan adalah dsa saya waktu kecil dulu dan bertitel profesor. Padahal bisa jadi beliau menuduh ASI kurang karena beliau belum teredukASI dengan baik tentang ASI.

Sebulan yang lalu, tanpa sengaja saya menemukan kotak susu formula di lemari dapur. Kesal, sedih, marah, kecewa...semuanya jadi satu. Apalagi begitu saya tanpa sengaja mengetahui Sachi diam2 diberi sufor ketika saya tinggal kerja. Saya langsung menangis sejadi-jadinya. Ingin rasanya saya berhenti kerja dan hanya mengurus Sachi di rumah, walau memang hal itu belum bisa dilakukan. Saya merasa berjalan sendirian...berjuang sendirian...dan terus menerus diserang dari kanan dan kiri.

Saya sudah coba mengedukASI si nini lewat artikel, mengutip dsa teman, mengutip dsa yang sebelumnya...tapi kayaknya semua cuma selewat aja. Pernah juga saya mencoba mengajak Nini ke dsa lain buat cari second opinion, sayang usulan saya ditolak. "Anakmu sehat gini kok...ngapain ke dokter lain?" begitu katanya. Setiap saya coba bertanya atau coba ajak ngobrol nini hanya bilang kalau ia tidak memberi sufor...walau kenyataannya sering kali terlihat berbeda. Miris memang, di saat ibu lain berjuang agar anaknya tetap mendapatkan ASI meski kejar tayang atau terpaksa menyerah ke sufor karena memang ASI nya kurang...saya yang ASInya berkecukupan dipaksa "mengalah" dengan sufor.

Jujur saat ini saya tidak tahu lagi harus bersikap apa. Saya hanya bisa berharap dan berdoa agar nini dibukakan hatinya untuk bersedia mendengarkan saya dan bersikap layaknya satu tim dengan saya.

Tuesday, September 11, 2012

Her First Spa Treatment

Weekend kemarin saya dan si ayah iseng ngajak Sachiko buat ngerasain baby Spa di Bubble n Me. Kebetulan outlet spa bayi ini lokasinya gak jauh dari rumah dan masih satu grup dengan Mom n Jo, jadi even harganya termasuk murah tapi kualitasnya tetap terpercaya.

Begitu sampai dan therapist nya siap, Sachi langsung dipersiapkan untuk berenang di kolam khusus dengan menggunakan neckring. Tapi bukannya teriak girang eh bocahnya malah teriak panik karena kaget dipegang orang baru. Hasilnya begitu dicemplungin ke kolam dia makin nangis histeris, padahal kolamnya anget dan Sachi berenang sambil pegangan tangan sama bundanya. Ayah bundanya udah coba hibur pake bola warna warni dan mainan tetep gak mempan. Padahal dia pernah nyemplung di kolam renang kantor teman Ayahnya...sambil dipegangin bunda sih hehehe.

berenang sambil pegangan (tapi tetep nangis)
Akhirnya setelah 5 menit saya minta therapist nya untuk menyudahi saja sesi renangnya. Daripada dia makin histeris atau jadi trauma. Well...ini baby spa perdana juga sih buat Sachi plus anaknya baru banget bangun tidur jadi mungkin moodnya emang gak bagus ditambah masih agak kaget juga.


berendam sambil nangis
Setelah Sachi diangkat dan dikeringkan badannya kami langsung masuk ke ruangan untuk memulai sesi pijat. Cuma ya kok masih histeris. Untung therapistnya sabar dan mau banget nungguin sampai mood anaknya bagus. Jadilah saya mencoba membujuk rayu Sachiko sambil mengalihkan perhatiannya dengan berbagai macam mainan yang disediakan disana. Setelah 10 menit dibujuk akhirnya Sachi mau juga dipijat, tapi dengan dipangku oleh bundanya. Selama pijat Sachi keliatannya cukup menikmati, gak kayak kalo lagi dipijat oleh tukang urut bayi. Mungkin karena pijat ini lebih bersifat sentuhan jadinya Sachi gak merasa terganggu juga. Well...kecuali pas dipijat bagian mukanya sih...hehehe.

Secara keseluruhan pelayanan di tempat ini cukup menyenangkan. Therapist nya cukup sabar menghadapi para bayi yang mood nya bisa berubah tiba-tiba atau yang histeris berlama-lama, ruangan dan kolamnya terjaga kebersihannya, juga ada banyak mainan untuk membujuk dan menghibur si bocil kalau bosan atau (dalam kasus saya) panik. Cuma sayangnya kolam untuk berenang bayinya ditempatkan di ruang depan dekat dengan ruang tunggu dan resepsionis bukan di ruang tersendiri, jadinya agak kurang nyaman. Sayangnya lagi Bubble n Me gak seperti kakaknya yang juga melayani perawatan buat para ibu jadi kalau mau spa bareng sama si bocil ya harus ke Mom n Jo. Tapi untuk spa khusus bayi dan anak tempat ini cukup menyenangkan baik dalam pelayanan dan juga kantong ayah bundanya hehehehe. Semoga di sesi berikutnya Sachi gak panik lagi jadi bisa berenang lama-lama deh :D

Monday, September 10, 2012

Pulang

Postingan pindahan dari blog multiply :) so here it goes :)

Cahaya mentari tampak bersinar amat cerah hari itu. Dari balik pepohonan, terlihat sesosok pria baya sedang berjalan ke arah sebuah rumah yang berada di ujung jalan setapak. Rumah itu tampak asri dan hangat. Di halamannya tampak seorang wanita baya sedang membersihkan kebun. Pria itu mendekatinya...dan kemudian menyapanya...

"Bu..."

"Lho..Bapak!!! Kok Bapak ada di sini pak??"

"Bapak memutuskan untuk menyusul Ibu ke sini."

"Kenapa sekarang Pak?? Ibu kira Bapak betah di sana...sama anak-anak.."

"Ndak Bu...Bapak cape di sana..."

"Lalu anak-anak..."

"Mereka baik-baik saja, Bu."

"Kok kenapa lama sekali pak?? Kenapa baru sekarang Bapak memutuskan untuk nyusul Ibu kemari??"

"Bapak baru punya kesempatan untuk nyusul Ibu kemarin Bu. Sudahlah Bu, gimana kalo sekarang Ibu bikinin Bapak teh. Bapak kangen teh buatan Ibu..."

Sang wanita pun tersenyum..

"Boleh Pak. Yah, yang paling penting Bapak sudah pulang sekarang...sudah bisa istirahat dengan tenang"

...iya aku sudah pulang sekarang...



..RIP Jend. (Purn) H.M. Soeharto 270108..

Wednesday, August 29, 2012

My Breastfeeding Journey

Hari ini sachiko tepat berusia 8 bulan 2 hari. Selama itu pula perjalanan saya untuk memberinya ASI sudah dilalui. Apakah mulus? Well...sayangnya tidak. Sachiko lahir dengan kondisi IUGR, ia terlilit tali pusar terlalu banyak (4 lilitan) sehingga tali pusarnya bocor dan asupan makanan menjadi tidak optimal. Ia lahir dengan berat badan 1,7 kg dan panjang 41 cm. Mungil ya?

Sachiko usia beberapa menit

Setelah melahirkan, saya tidak bisa melakukan IMD. Kondisi bayinya tidak memungkinkan kata para suster yang menemani saya pasca operasi. Saya yang kala itu masih terpengaruh obat bius tidak berpikir macam-macam. Saya hanya berpikir "ah mungkin akan diobservasi satu hari besok sudah bisa diantar ke saya untuk disusui." namun ternyata saya salah. Sachiko harus masuk inkubator dan dia tidak bisa saya susui secara langsung. Sachi juga hampir diberi sufor, beruntung waktu itu ada teman saya yang juga baru melahirkan dan bersedia menyumbangkan ASI ny untuk Sachi.

Hari kedua pasca operasi, dada saya bengkak dan Alhamdulillah ASI saya keluar, bahkan sampai merembes ke daster. Tapi sayang, si mungil Sachi belum boleh disusui secara langsung. Mulailah saya memompa ASI dan menyetok demi kebutuhan ASI bayi mungil saya. Hasil perahan pertama saya cuma bisa mbasahin pantat botolnya aja. Sempet deg-deg an dan stress karena takut gak cukup. Gimana enggak, suami saya bilang Sachi "dijadwal" minum 15ml per 3 jam...tentu hal itu bikin saya kejer2an dengan stoknya.Untungnya banyak temen-temen yang dateng bikin saya relax dan akhirnya ASI pun berhasil mengucur deras dan stok pun aman :D.

hasil pumping perdana


Hari hari berikutnya drama baru dimulai. Karena Sachi dianggap memiliki reflek hisap yang lemah, jadilah ia dikenalkan pada dot di hari ketiga. Saya yang masih belum bisa menyusui secara langsung hanya bisa pasrah karena tidak tahu kalau sebenarnya "latihan" itu tidaklah perlu.

Saya baru bisa menyusui secara langsung pada hari keenam. Saat itu pula akhirnya saya bisa mendekap dan menciumi bayi saya dari dekat. Pengalaman pertama saya menyusui Sachi berlangsung cukup membingungkan karena saya tidak dipandu secara khusus oleh ahli laktasi. Sebenarnya suster di perina sudah mencoba membantu, namun karena banyak bayi yang juga butuh dipantau maka saya lebih banyak mengandalkan ingatan dan insting.

pertama kali menyusui si mungil
Tapi pada hari ke delapan hal aneh mulai terjadi. Sachi mengamuk setiap kali saya susui. Pada awalnya ia mau setelah disendoki beberapa mili, tapi lama kelamaan dia menolak saya susui langsung sama sekali. Sedih rasanya ditolak oleh bayi sendiri. Saya yang kala itu bingung mencoba mencari tahu apa masalahnya. Apakah posisi saya yang salah? Atau apakah aliran ASI saya yang terlalu deras? Setelah bertanya dan konsultasi lewat email dengan AIMI, baru lah saya menyadari kalau Sachiko bingung puting! Ternyata latihan reflek hisapnya itu berujung pada penolakannya untuk menyusu langsung. Hancur rasanya hati saya.

Masalah tidak berhenti sampai di situ. Well karena Sachi termasuk kategori bayi berat lahir rendah, ia rentan banget kena breastmilk jaundice. Ketika usianya baru 4 hari bilirubinnya sempat naik dan ia pun harus di fototerapi selama dua hari. Lalu ketika usianya 9 hari bilirubinnya naik lagi...jadilah Sachi yang harusnya sudah bisa pulang terpaksa menginap di perina sehari lagi.




Akhirnya pada hari kesepuluh Sachiko kondisinya sudah memungkinkan untuk pulang. Mulailah saya menyingkirkan semua dot dari rumah dan menggunakan teknik spoon feeding sembari mengajari dan membujuk Sachi agar mau menyusu langsung. Keadaan yang jika diingat kembali cukup melelahkan secara fisik maupun mental. Tak jarang saya menangis dan bahkan "marah" ke Sachi karena dia sudah "menolak" saya. Tampaknya baby blues memang mampir ke diri saya kala itu.

Untung saya orangnya ngotot :p jadi meski saya lelah dan sedikit frustasi, saya terus maju pantang mundur karena saya mau kayak teman-teman saya yang lain...bisa nyusuin langsung! Dan ke "ngototan" saya itu akhirnya berbuah manis juga. Tepat satu minggu setelah Sachi "dilatih" (dan dirayu setiap waktu) akhirnya dia mau juga menyusu langsung ke saya. Rasa senangnya tak bisa digambarkan dengan kata-kata yang pasti ada rasa LEGA yang besar banget begitu akhirnya dia mau nempel di payudara tanpa penolakan.

Sekarang Sachiko sudah mulai MPASI. Perjuangan ngASI saya akhirnya menjadi (sedikit) lebih ringan, tapi perjalanan saya masih panjang. Saya amat bersyukur masih terus diberi kesempatan memberi ASI pada Sachi hingga saat ini dan semoga kesempatan ini bisa terus ada hingga 2 tahun atau lebih, karena saya yakin ASI lah yang terbaik untuk bayi saya.

So give your best shot mommies, because breastfeeding is the best option for you and your baby :)




Thursday, August 9, 2012

Sachiko Solid Story

Gak kerasa sachiko sudah hampir 2 bulan mulai makan. Awalnya sih emang gak gampang nyuruh si bocah untuk makan. Sempet ditolak mentah-mentah malah T_T. Tapi dari penolakan-penolakan itu akhirnya saya (dan juga ayah dan nininya) jadi tau apa saja yang si bocah suka dan apa yang dia gak suka. Untungnya lagi Sachi gak keberatan makan sambil duduk, baik itu dipangku, duduk di high chair atau di bouncer jadi ritual makan-makan jadi lebih mudah karena gak harus keliling komplek dulu hehehehe.

Sejauh ini bisa dibilang si bocah cukup doyan makan (err...asal gak lagi ngantuk aja sih) dan cenderung suka rasa manis. Kalau menurut beberapa artikel sih wajar karena rasa ASI itu manis, jadi bayi mencari rasa yang dia kenal.

belepotaaannn XD

Menganut panduan WHO, saya selalu menyiapkan makanan Sachiko sendiri (errr dan dengan bantuan nininya hehe :P). Jadi setiap pagi saya selalu mengukus buah/sayur dan mulai melumatkannya untuk dimakan menjelang siang nanti. Mulai usia 6,5 bulan, Sachiko sudah mulai saya kenalkan dengan kaldu. Biar ga repot, saya selalu bikin kaldu satu panci gede dan setelah jadi disimpan dalam container kecil-kecil untuk 5 hari sampai seminggu. Ternyata kalau dikasih kaldu, Sachi makannya lahap! *big grin* Setelah kenalan sama kaldu mulailah kenalan sama bubur saring dan daging/ayam giling. Awalnya sih ogah-ogahan...lama-lama dia malah doyan *yayy!!* Makin semangat deh ngasih makan buat bocahnya.

Sebenarnya saya pingin banget variasiin sayur mayur yang ada di bubur timnya Sachi, tapi apa daya malah dimarahin sama nininya yang memang masih aliran lama (_ _"). Untungnya si bocah belum keliatan bosen sih sama bubur yang isinya itu-itu aja hehehehe. Semoga bulan depan nini nya mulai nyerah dan ngebolehin bundanya bikin variasi bubur saring.
kalo makan maunya sambil gigit sendok (_ _")

Oh iya saya mau share beberapa tips yang mungkin berguna buat bunda yang baru mulai MPASI:

1. Semangat, semangat, semangat!!
Si bocah belum tentu langsung mau makan begitu dikenalin makanan. Yah kalo dipikir-pikir kemarin kan cuma mimi aja sekarang dia harus belajar asupan baru, wajar aja sih kalau ada penolakan di awal. Sachiko aja butuh waktu 2 minggu sampai akhirnya terbiasa. Yang penting bundanya jangan nyerah!

2. Bikin acara makan-makan jadi seru.
Biasanya sih kalo Sachi udah keliatan males-malesan makannya, saya dan nini nya langsung mulai nyanyiin lagu kayak cicak-cicak di dinding, pelangi-pelangi, naik kereta api. Dijamin heboh hehehehe.

3. Satu sendok makan cukup
Namanya juga masih icip-icip jadi gak perlu nyiapin porsi banyak-banyak. Sejauh ini saya mengikuti guide seorang teman baik saya. Saya selalu menyiapkan porsi awal sebanyak satu sendok makan saja. Toh bocahnya masih belajar makan jadi gak harus banyak porsinya. Lagipula umur 6 - 7 bulan asi/sufor masih dominan kok.

4. Gak habis = gak suka?
Well...belum tentu. Bisa jadi memang kapasitas perutnya hanya segitu. Bisa jadi juga si bocah memang gak suka atau belum terbiasa dengan makanan baru itu. Bisa jadi juga...si bocah memang udah kenyang karena baru di mimiin, jadi gak sanggup makan lagi. Kalau untuk Sachi sih biasanya habis mimi paling cepet sejam setelah itu baru saya kasih makan. Tapi sebaiknya sih 2 jam biar bocahnya bener-bener laper.

Semoga berguna ;)

Tuesday, July 31, 2012

Tiba Tiba Jatuh

Tadi pagi seperti biasa saya membiarkan Sachiko main-main di atas ranjang sembari saya tidur2an (dan colongan tidur juga). Seperti biasa juga dia hanya saya batasi guling dan bantal saja karena saya kira kalau dia sampai ke pinggir dia ajak mendorong bantalnya dulu dan itu bisa saya jadikan alarm. Tapi pagi ini saya salah. Saya ketiduran dan tetiba ada suara "BRAK" diiringi tangisan kesakitan dari Sachi. Ternyata bocahnya sudah handal manjat-manjat jadi dia dengan sukses meluncur ke bawah T_T.

Sachiko langsung saya gendong dan coba saya tenangkan. Tapi apa daya...dia terus menangis kencang meraung-raung dan baru tenang begitu digendong nininya T_T. Akhirnya saya ikut coba menenangkan diri juga. Begitu sudah tenang saya dibantu ayahnya mencoba mencari tanda kegawatan seperti benjol, memar, mata juling, hilang koordinasi tubuh, luka, atau muntah. Beruntung semua tidak ada. Akhirnya begitu Sachi tenang saya langsung coba susui sampai akhirnya dia tertidur sebentar. Begitu bangun si bocah udah mau bercanda-canda lagi tapi bibirnya kok jadi kayak Angelina Jolie.

Kayaknya berkorban jadi ibu artinya berkorban jam tidur juga T_T hixs...menyesal memang selalu datang belakangan.

Thursday, July 12, 2012

RUM ohhh RUM

Sebelum akhirnya hamil dan punya anak, saya sebenarnya gak terlalu pemilih kalo dalam urusan dokter. Biasanya manut aja apa kata mama *anak mama* pergi ke dr a buat sakit ini, kalo sakit ini ke dr b, dan dokter2 lainnya. Nah...pas hamil kemaren mulai lah gw terpapar dengan istilah RUM ini. Sebenernya apa sih RUM itu? Well RUM aka Reasonable Use of Medication sebenarnya mengacu ke pengertian menggunakan obat secara bijak dan tepat. Contoh yang paling gampang ya penggunaan antibiotik. Banyak yang "cuma" sakit batpil udah panik dan akhirnya minta diresepin antibiotik. Padahal setelah browse sana sini, baca sana sini, tanya sana sini batpil itu disebabkan oleh virus, sedangkan antibiotik dimaksudkan untuk membunuh bakteri. Lah kalo gitu ya salah dong?

Sebenarnya sejak mulai hamil saya sangat berhati-hati akan penggunaan obat. Takut janinnya kena efek sampingnya. Nah disitulah saya mulai kenalan sama si RUM ini. Dari berbagai macam website dan forum seperti mommiesdaily dan urbanmama juga akun sosial media beberapa dsa dan obgyn, saya mulai banyak tahu tentang berbagai penyakit yang bisa ditangani dengan home treatment saja. Memang sih home treatment ini kadang lebih lama dari pemakaian obat, tapi untuk badan efeknya jauuuhhh lebih baik karena kita ga "memasukkan" zat kimia (yang kadang ga perlu) ke dalam tubuh.

Nah, ketika si bocil udah muncul di tengah keluarga kecil kami, makin lah saya menjadi RUM-minded. Bukan apa-apa...setelah banyak baca saya malah jadi ngeri sama efek jangka panjang dari penggunaan obat2an ini. Sayang niat baik saya ini kurang mendapat dukungan dari keluarga. Bukan...bukan si suami...tapi orang tua saya. Aki Nini Sachiko terlalu sayang sama si bocah mungil ini...sampai-sampai kalau batuk sedikit atau ketika panas sedikit langsung ingin diobati biar dia cepat sembuh.

Pernah sih ceritanya sok2 sharing sama ortu...eh ujung2nya dibilang sok tau..."dokter kan punya ilmunya...dia lebih tau" kira2 gitu kata ibu saya (_ _"). Malah ga jarang saya disangka "pelit" karena cenderung memilih home treatment daripada obat2an. Masalahnya...dsa Sachi yang sekarang mungkin ga tega ngeliat anak kecil sakit sedikit jadi ia selalu meresepi antibiotik. Padahal kalau memang cuma batpil biasa ya antibiotik ga ada gunanya untuk nyembuhin si penyakitnya ini.

No...saya bukan anti obat apalagi antiobiotik. Kalau memang perlu ya kenapa ga? Masalahnya ternyata masih banyak dokter yang belum menganut paham RUM maupun paham smart use of antibiotics. Jadi mau ga mau kita yang harus membekali diri sendiri dengan berbagai macam referensi. Sekarang gampang kok nyari informasi tentang penyakit dan obat. Well kalau Sachi sakit biasanya saya cek ke mayoclinic atau nanya aja ke akun sosmed dsa yang saya punya. Kalau memang dirasa anak semakin tersiksa atau semakin berlarut-larut saya gak akan nunda-nunda lagi buat ke dsa.

Sekarang sih RUM ny masih setengah-setengah dengan alasan "kompromi" dengan kemauan Aki-Nini nya. Kayaknya saya harus ngajak mereka ke seminar tentang RUM biar lebih percaya.

Monday, July 2, 2012

Mencicip si Merries

Sejak usia 3 bulan dan dengan pertimbangan Sachi yang super duper susye tidur siang juga biar nininy ga ribet nyuci..akhirnya Sachi mulai full pake popok disposable. Sunggu pilihan yang memang gak ramah lingkungan juga kantong. Sebenernya sempet sih terpikir buat nyoba pake clodi, tapi karena nini nya gak mau dicariin asisten buat ngebantu2 di rumah jadi nanti jadi kelimpungan kalo harus diajarin cara merawat clodi yang susah-susah gampang itu.

Eniweis...ceritanya nulis ini mau share the-so-called-review tentang produk yang baru Sachi coba kemarin. Jadi karena rasa penasaran dan akibat rayuan mba2an SPG...jadilah si bunda membeli popok Merries untuk si bocil. Awalnya sih mikir...yah popok paling kan gitu2 aja. Ternyata eh ternyata setelah dicoba popok ini oke juga. Pas dibuka..wuihh popoknya luebar...agak kurang pas buat postur Sachi yang cenderung "langsing" tapi setelah dipakai ternyata gak masalah. Popoknya juga cukup tinggii jadi bisa dipake sampe ke perut (note: Bocahnya "baru" 60,5 cm dan pake size S).


Bahannya juga lembuuuttt banget dan lagi ada penanda pipisnyaaa!!! *yeay* Sejauh ini fitur penanda pipis cuma saya temuin di popok merek Pampers dan ini lah salah satu alasan kenapa Sachi mostly pake Pampers. Oke back to the-so-called-review...selain itu popok ini juga cukup tahan bocor dan bisa menampung pipis Sachi yang suka massive. Terus pattern popoknya juga lucuuuwwwww ada kelinci2nyaaaa hihihihi (ini gak penting). Popok keluaran PT KAO Indonesia ini masih diimpor dari Jepang, atau demikianlah kata si mba2an SPGnya. Well that explain the unfriendly price.

Sachi posing with Merries
So far sih saya puas pake Merries...tapi sayang karena baru masuk Indonesia jadi gak ada kemasan isi massive seperti teman lainnya. Yang NB dan S cuma ada yang isi 24 kalau yang M dan L saya lupa persisnya isi berapa. Selain itu harganya agak lumayan mihil dibanding popok dispo yang biasa Sachi pake. Apalagi si popok itu sering banget promo di Carrefour *emak2 irt* huehehehehe. Tapi kalau ada bujetnya pasti akan beli lagi si popok imut keluaran Jepang ini :D

Note: ini review gak berbayar hanya sekedar sharing siapa tau bergunaa :)

Friday, June 29, 2012

Her First Solid...Errr...Kinda

Setelah sekian lama merenung, memimbang dan bertapa khirnya pilihan MPASI pertama jatuh pada GASOL :D *tebar confetti*. Tapi begitu hari yang dinanti tiba rencana yang uda disusun amat sangat rapi seketika berantakan karenaaaa bocahnya maunya tidur sambil nenen...setiap dicopot pasti dia nyari2. Walhasil emaknya jadi jungkir balik kelimpungan nyiapin makanan MPASI pertama si bocil.

Tadinya Sachi mau didudukin di stroller (yes...we haven't got a chance *and the money* to buy the highchair) eh tapi kok udah ga ngegigit...yang ada posisinya dari duduk jatoh lagi ke tiduran. Akhirnya Sachi makan pertama sambil dipangku bundanya.

First taste
Playing with her spoon
Buat menu pertama saya sangat mengikuti saran-saran yang ada, buburnya dibuat seencer mungkin seperti ASI biar pencernaannya gak kaget. Tapiii tak disangka tak dinyana...bocahnya malah gak minat makannya (_ _"). Emaknya udah super semangat 45 macam mau ketemu sang idola eh anaknya malah ogah2an. Suapan pertama suksessss masuk mulut lalu hap hap hap...setelah suapan kelima...mulailah dia melengos ke kanan...ke kiri...lalu muncul lah si tamu tak diundang bernama cranky. Curiga teksturnya terlalu cair jadi mungkin dia berpikir "Ini emak gw ngapain sih ngasih ASI disendokin...kan enakan buka warung aje".

Sachi lebih excited gigit sendok daripada makan
Setelah sekitar 30 menit berusaha mengenalkan Sachi her first solid food...akhirnya sesi ditutup dengan titel "COBA LAGI". Kenapa 30 menit? Well simply karena kita mau ngajarin dia untuk tidak berlama-lama makan. Kita juga tidak mau memaksanya harus menghabiskan makanannya. Toh sekarang ini dia masih belajar...masih kaget juga mungkin. Semoga sesi berikutnya kamu tambah pinter makannya ya nak *kiss*


Thursday, June 21, 2012

Road to First Solid

Sachiko sebentar lagi mau MPASI!!! *yeayyy* rasanya gak sabar deh pingin masakin ini itu buat si mungil. Tapi ketidaksabaran itu juga berujung pada pertanyaan besar..."Makanan pertamanya apa yak?" *jengjengggg*. Banyak sekali saran yang saya dapat dari teman maupun dsa nya Sachi. Ada yang menyarankan buah simply karena rasanya manis. Katanya sih biar si baby ga kaget soalnya ASI kan rasanya manis. Terus ada juga yang nyaranin buat kasih sayur alasannya biar si bayi ga jadi picky...kan sayur cenderung hambar jadi biar si bayi juga nanti suka sayur gitu. Nah...ada juga yang nyaranin buat ngenalin karbohidrat dulu. Nahh...emaknya bingung deh X_X

Eits masalahnya belum berhenti di situ aja...alat-alat perang MPASI nya pun masih sangat irit sodara-sodara *tepok jidat*. Sampai saat ini saya cuma punya:

- feeding set pigeon
- gelas magmag
- munchkin food grinder
- food container rubbermaid & merk jepang2an yang ada di c4
- ice cube bertutup yang merk jepang2an
- food warmer (hibahan)
- saringan kecil
- parutan stainless
- peresan jeruk

Tadinya sih mau beli pigeon foodmaker tapi kok ya setelah diliat barang2nya sama kayak yang ada di rumah..ya udah deh pake prinsip pake aja yang ada di rumah aka irit. Pinginnya sih ditambah lagi sama slow cooker dan kukusan elektrik tapi nanti kali yaaa. Oh iya highchair belum ada pun...sebenernya sih dikasih hibahan booster tapi bocahnya belum mantep duduknya dan saya mau menerapkan aturan makan ya di meja makan. Jadi gak ada de tuh makan digendong dll...biar Emak dan Nini nya gak rempong juga hehehehe. Rencananya sih akhir bulan ini mau beli patungan sama Akinya...semoga dapet highchar yang sesuai di hati ya nak :).

Sekarang sih udah mulai browsing sana sini buat nyari referensi jadwal dan menu MPASI plusss gabung milis mpasirumahan. Biar bisa ngelmu banyak gitu hehehehe.

H-6 to first solid hihihiy deg2an :P

Thursday, June 14, 2012

The Weight Thingy

Sejak lahir entah kenapa bb Sachi naiknya selalu ngepas. Pas trisemester pertama bbny cuma naik 700g perbulan lalu makin melambat di trisemester kedua jadi cuma 400an g per bulannya *tepok jidat*. Dengan bb lahir yang cuma 1798g itu kenaikan yang amat sangat ngepas setiap bulannya selalu bikin saya deg-degan. Apalagi dia harus "mengejar" ketertinggalan berat badannya paling gak sampai umur 2 tahun nanti *lap keringet*.

Cuma sayang...begitu dsa nya saya pancing untuk minta solusi eehhh kok ya malah suruh tambah sufor. Saya gak anti sufor sumpah beneran...cuma buat masalah Sachi ini saya yakin seyakin yakinnya bukan masalah asi kurang. Lah wong bocahnya emang suka susah minum asip and agaiinn saya curiganya ada sesuatu yang mengganggu penyerapan nutrisinya. Kesel dianggap asi kurang, saya nyeret suami ke dsa yang ahli gizi...berharap dia memberikan pencerahan atas kebingungan yang melanda kami ini. But agaiiinnn...begitu saya informasikan selama ditinggal +/- 8jam Sachi hanya mau minum 200-300ml asip kembali tuduhan "ASI ibu kurang" jatuh ke telinga saya.

IMHO a pediatrician should never says that to an exclusive breastfeeding mother. Seharusnya mereka mendukung para ibu yang mencoba memberikan ASI buat bayinya dan membantu mereka agar bisa sukses menyusui. Untungnya sih saya kerja jadi hasil pumping yang mejeng di freezer cukup lah buat menguatkan mental saya kalo ASI saya jumlahnya amat sangat cukup.

Saya pun memutuskan untuk berkonsultasi via twitter dengan seorang dsa yang saya tahu sangat pro asi. Saya pun disarankan untuk mengutamakan pemberian hindmilk ketika Sachi ditinggal, which means...no more nunda2 pumping (ketauan deh suka bandel). Why? Well simply karena semakin pendek jarak pumping semakin banyak dan kental ASI nya. Rasanya lega...dia tidak meng-judge kalau ASI saya kurang dan yang paling menting mendukung saya memberikan ASI ^^. Semangat!! Still a loooonnnggggg way to go :D

Wednesday, May 2, 2012

balada si pusar yang mau eksis

Setelah Sachi tali pusatnya puput, saya disarankan oleh orang tua dan juga mertua untuk naro koin di pusernya. Tapi kok ya setelah ditaro kasa tempat koinnya malah nempel di pusernya X_X. Panik, saya langsung buru-buru ngelepasin si koin itu. Apalagi Sachi nangis terus kayak kesakitan. Ya udah sejak saat itu saya kekeuh ga mau makein lagi koin di pusernya Sachi. Lagipula setelah nanya sana-sini si puser itu pasti akan masuk sendiri kok...hanya kita harus sabar aja nungguinnya.

Waktu pun berlalu...tapi kok ya si puser teteup mau eksis terussss?!?! Akhirnya mulailah mencari petunjuk sama mbah gugel...ternyata eh ternyata Sachiko itu kena Hernia Umbilikalis. Jadi waktu dia masih di dalam perut, waktu pembentukan perutnya kurang sempurna dan menyisakan lubang kecil. Nah akibatnya begitu dia lahir ya pusarnya jadi menonjol atau biasa dibilang bodong. Kalau dari literatur yang saya baca juga setelah nanya2 ke DSA nanti akan masuk sendiri seiiring dengan bertambah kuatnya si otot perut. Kuncinya balik lagi ke SABAR *lap keringet*. Setelah baca-baca memang si hernia ini sering dialami oleh bayi dan sebaiknya tidak diapa-apakan. Selain takut mengganggu pernafasan (bayi kan nafasnya masih pake rongga perut), ditakutkan juga ada usus yang "terjebak" dibalik tonjolan itu. Selama daerah sekitar pusar masih lembut dan si bayi tidak rewel, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Akhirnya sih sekarang saya cuekin aja pusernya yang masih nonjol2 itu. Saya percaya tubuhnya punya mekanismenya sendiri untuk membuat si puser ini nanti akhirnya masuk dengan sendirinya.

Wednesday, April 11, 2012

Her Name Is Sachiko

Dari sebelum hamil saya memang udah niat kalau punya anak mau dikasih nama Jepang biar ada tulisan kanjinya *sungguh ibu yang random*. Pas hamil kemarin dan begitu ketauan prediksi USGny perempuan langsung lah saya browsing sana sini buat nyari nama anak perempuan Jepang yang artinya bagus dan mudah diucapkan.


Setelah bertapa berhari-hari saya dan si ayah memutuskan memakai nama Sachiko sebagai nama depannya. Why? Simply karena artinya bagus. Kata "sachi" disini bisa berarti kebahagiaan dan "ko" sepertinya sih diambil dari kanji "kodomo" yang berarti anak.

Lalu untuk nama tengah dan belakangnya gimana? Hmm...selain nama Jepang, saya juga ingin arti nama anak saya nanti berbentuk sebuah kalimat yang juga menjadi doa kami sebagai orangtuanya. Jadilah setelah browsing sana sini saya menemukan nama "Kirana" yang berarti cahaya yang cantik juga "Jehan" yang berarti dunia. Jadilah nama si mungil kami "Sachiko Kirana Jehan" yang kira-kira artinya anak kebahagiaan yang menjadi cahaya yang cantik bagi dunia.

Untuk nama panggilan...kami memilih untuk memanggilnya Sachi. Kenapa Sachi? Kenapa bukan Chiko? Bukan biar sok imut tapi lebih kepada arti dari nama tersebut yaitu "happiness" atau "kebahagiaan". Kalau "Chiko" setelah di cek artinya beda jauh yaitu "panah".

Well semoga kamu selalu menjadi kebahagiaan bagi bunda, ayah dan orang-orang disekelilingmu y sayang :*


Tuesday, March 27, 2012

My Tantrum, Your Tantrum

Dulu waktu Sachi masih dirawat di perina suster-suster disana sering bilang kalau perasaan ibu dan bayi terkoneksi makanya ibunya sebisa mungkin harus tenang biar bayinya juga tenang. Awalnya saya cuma dengerin nasihat itu sambil lalu sampai akhirnya ketika Sachi dibawa pulang saya baru benar-benar merasakan  kalau nasihat itu benar adanya.

Sachiko mengalami bingung puting sampai kira2 usia 3 minggu setelah itu dia mengalami kolik sampai usia kira-kira 2 bulan 3 minggu. Bisa dibayangkan setelah 3 minggu pertama saya membujuk merayu "menghipnotis" sambil menyendoki Sachi tengah malam, saya harus masuk ke "lubang" berikutnya. Selama 2 bulan hampir setiap malam Sachi terbangun dan menangis histeris kesakitan. Frustasi? Pasti. Setelah berjuang melawan bingung puting sambil menyemangati diri kalau saya belum gagal...saya harus berjuang melawan hal lain lagi bernama kolik. Apalagi si Ayah lebih sering tertidur pulas daripada membantu saya menenangkan anaknya. Terkadang saya seperti kehilangan akal sehat saya...saya memarahi bayi mungil yang sedang kesakitan itu dan kadang seakan ingin "menghukumnya" karena sudah memaksa saya terbangun berjam-jam setiap malamnya. Pernah saya meninggalkan Sachi tanpa sehelai baju di kamar ber AC untuk mengambil popok juga baju baru. Suami saya terbangun dan langsung menegur saya karena bisa se "tega" itu. Namun kadang saya yang bingung malah akhirnya ikut menangis karena merasa gagal tidak bisa menenangkan anak sendiri.

Awalnya saya mengira memang koliknya yang membuat Sachi menangis berjam-jam sampai baru-baru ini...saya sedang merasa kesal dengan seorang kerabat. Saat itu ayahnya masih bekerja jadi saya hanya berdua di rumah alhasil ketika Sachi terbangun saya menggendongnya berusaha menenangkan dan menidurkannya kembali. Tapi apa yang terjadi...dia malah terus menangis histeris hingga akhirnya kelelahan dan tertidur. Di situ saya tersadar...kami memang terkoneksi, ia bisa merasakan saya sedang kesal. Saat itu saya sadar...waktu bergadang malam saat itu ia menangis karena merasa saya kesal dan mungkin ia tahu saya kesal kepadanya atau saat saya sedih karena tidak bisa menenangkannya. Akhirnya saat Sachi tertidur lelap saya menangis sejadi-jadinya sambil membisikkan kata maaf di telinganya. Semoga saja ia mengerti saya tidak pernah benar-benar kesal padanya. Mungkin saya hanya terlalu lelah sehingga emosi bisa mempengaruhi saya.

Bunda loves you baby girl :*

Monday, March 19, 2012

Kenapa Gak Dot?

Setelah memutuskan untuk memberi ASIP pake sendok gak sedikit pertanyaan "kenapa gak pake dot" yang sering mendarat di telinga saya. Awalnya sih cukup senyum2 sambil bilang saya gak mau aja tapi lama2 gerah juga ditanyain kayak gitu. Apalagi kalo dihubungin "irit"nya berat si baby.

Jadi gini loohhh ibu-ibu bapak-bapak nenek kakek...anak saya itu waktu dirawat di RS karena berat lahir rendah dikenalin sama dot. Nahh....gara-gara itu dia sempet bingung puting. Kok tau? Ya tau lah pas disodorin pabrik susunya dia milih nangis histeris daripada nyamperin trus nyusu. Gak tau kan gimana frustasinya saya waktu itu plus gimana sedih dan down nya saya pas tau si kecil gak mau nyusu langsung sama bundanya.

Untungnya setelah konsultasi by email ke aimi dan dukungan suami yang ikut nyendokin ASIP tengah malem akhirnya setelah 2 minggu di "rehab" di rumah Sachi mau juga nyusu langsung sama bundanya *pasang petasan* *tebar konfeti*. Oh iya nama anak saya Sachiko Kirana Jehan *tring* kenapa begitu? Ntar aja saya tulis di postingan lain biar seru *tsaaahh*. Okeh kembali ke masalahnya...nahhh jadii kalo nanti dikasih dot lagi terus dia bingung puting lagi emang mau tanggung jawab? Kalau entar saya nangis2 lagi mau bilang apa hayo? Bilang gpp yang penting tetep dikasih ASI (which is gak salah juga)? Bilang dicoba di "rehab" lagi? Kasarnya sih saya bakal bilang ngomong emang gampang...lah sini yang ngerasain gimana rasanya. Gak tau kan sedihnya kayak apa? Kayak abis ttm an bertaun2 ehhh terus malah ditinggal kawin *hayah*.

Ngasih minum ASIP pake sendok emang gak gampang. Kita harus banyak sabar, apalagi pas si bayi mulai main sembur sana sembur sini atau ketiduran di tengah penyendokan. Belum lagi pasti ada ASIP yang kebuang2. Cuma ya saya gak mau ambil resiko lagi. Mungkin kalo dulu dia gak bingung puting saya gak akan se strict ini. Tapi ya gimana dong...gak mau kan tanggung jawab kalo kejadian lagi atau ngejamin kalo bingung putingnya gak kambuh lagi? Saya memutuskan hal ini juga bukan sok2 idealis kok. So please respect my choice. Lagian kalo kata website the urbanmama "there's always a different story in every parenting style".

Thursday, March 8, 2012

she's my miracle

On December 26th 2011 I gave birth to a beautiful petite baby girl through a C-Sect. it turns out that the she has 4 nuchal cord that wrapped around her neck. I failed to do the IMD due to her condition and she has to stay inside the incubator for several days. It was hard watching her trying to survive...I remember crying the whole day watching her inside the incubator and praying that she would survive and she did.

Later I learn she was diagnosed with IUGR (Intrauterine Growth Restriction). It's a condition when the baby is not growing like it should. It turns out the nuchal cord make her unable to get the nutrition like she should be and then I learn that there was leakage on the cord which make her harder to get the nutrition she needed from the placenta. I was shocked and surprised that she's able to make it and alive. She's a strong baby and she's my miracle baby. :)