Tuesday, October 16, 2012

Topi Pak Koko

Di sebuah sungai yang jernih, hiduplah seekor kodok bernama Pak Koko. Pak Koko memiliki sebuah benda kesayangan yang selalu ia gunakan setiap hari, yaitu topi. Semua penduduk kolam pun heran dibuatnya.

Ia memakai topinya ketika jalan-jalan.

Ia memakai topinya ketika menyanyi di atas daun teratai

Ia memakai topinya ketika mengunjungi keluarga ikan mas di dalam sungai.

Ia memakai topinya ketika tidur...bahkan ketika sedang mandi!

Suatu hari datang sebuah angin yang kencang! Semua hewan di kolam langsung berlindung di balik bendungan yang sudah dibangun para berang-berang. Tapi sayang anginnya terlalu kencang, sehingga topi Pak Koko ikut terbawa hembusan angin dan tersangkut di atas pohon.

"Tolong! Topiku tersangkut di atas pohon!" teriaknya. Mengetahui hal itu, hewan-hewan lain berusaha membantunya. Mereka mencoba mengambil topi dengan saling menggendong, dengan galah...tapi sayang usaha itu gagal.

Beruntung seekor burung merpati lewat di atas kolam, seketika Pak Koko langsung meminta pertolongannya. "Tolong aku burung merpati...topiku tersangkut di atas pohon." pinta Pak Koko. Mendengar itu burung merpati langsung mengambilkan topi itu dan memberikannya kepada Pak Koko. "Terima kasih burung merpati!" ucap Pak Koko.
"Tapi kenapa topi kumal ini terlihat begitu penting untukmu?" tanya burung merpati.
"Topi ini sudah melindungiku dari panasnya matahari dan juga derasnya hujan...tanpanya mungkin aku sering jatuh sakit akibat kepanasan atau kehujanan. Topiku selalu setia padaku dan juga menjagaku." jawab Pak Koko Sambil menepuk-nepuk topinya.

Mendengar hal itu hewan-hewan di kolam akhirnya mengerti, mengapa Pak Koko selalu memakai topi.

@mie 2012

Monday, October 1, 2012

ASI Saya Cukup Kok!

Sebelum saya masuk kerja, saya sering bertanya pada diri sendiri. Stok ASIP saya bakal aman gak ya? Kalau enggak apa harus kejar tayang? Apa harus tambal sufor? Lalu tiba lah saat penentuan..dan Alhamdulillah stok ASIP saya tidak pernah kurang atau sampai harus kejar tayang. Saya bisa selalu menyediakan ASIP sesuai dengan kebutuhan Sachi hari itu.

Namun kenaikan bb Sachi yang tidak signifikan selalu membuat para dsa-nya mengkambinghitamkan ASI bundanya. "ASI ibu kurang, kalau kayak gini sih mending ditambah susu bu," begitu kira-kira kata mereka. Sedih? Jangan ditanya...tiap kali kalimat itu mampir ke telinga saya rasanya saya mau teriak dan menunjukkan foto stok ASIP saya di rumah. Saya tidak mendewakan ASI saya...tapi entah mengapa saya yakin kalau ada masalah lain yang menyebabkan bb Sachi sulit naik. Kecurigaan saya ini memang belum terbukti, karena si ayah tidak mau lagi mengantarkan kami untuk peds hopping. "Asal anaknya sehat, aktif, dan perkembangan motoriknya bagus ya gak papa," begitu kata ayah. Sayang nininya tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat itu, ia lebih percaya kata dsa Sachi yang kebetulan adalah dsa saya waktu kecil dulu dan bertitel profesor. Padahal bisa jadi beliau menuduh ASI kurang karena beliau belum teredukASI dengan baik tentang ASI.

Sebulan yang lalu, tanpa sengaja saya menemukan kotak susu formula di lemari dapur. Kesal, sedih, marah, kecewa...semuanya jadi satu. Apalagi begitu saya tanpa sengaja mengetahui Sachi diam2 diberi sufor ketika saya tinggal kerja. Saya langsung menangis sejadi-jadinya. Ingin rasanya saya berhenti kerja dan hanya mengurus Sachi di rumah, walau memang hal itu belum bisa dilakukan. Saya merasa berjalan sendirian...berjuang sendirian...dan terus menerus diserang dari kanan dan kiri.

Saya sudah coba mengedukASI si nini lewat artikel, mengutip dsa teman, mengutip dsa yang sebelumnya...tapi kayaknya semua cuma selewat aja. Pernah juga saya mencoba mengajak Nini ke dsa lain buat cari second opinion, sayang usulan saya ditolak. "Anakmu sehat gini kok...ngapain ke dokter lain?" begitu katanya. Setiap saya coba bertanya atau coba ajak ngobrol nini hanya bilang kalau ia tidak memberi sufor...walau kenyataannya sering kali terlihat berbeda. Miris memang, di saat ibu lain berjuang agar anaknya tetap mendapatkan ASI meski kejar tayang atau terpaksa menyerah ke sufor karena memang ASI nya kurang...saya yang ASInya berkecukupan dipaksa "mengalah" dengan sufor.

Jujur saat ini saya tidak tahu lagi harus bersikap apa. Saya hanya bisa berharap dan berdoa agar nini dibukakan hatinya untuk bersedia mendengarkan saya dan bersikap layaknya satu tim dengan saya.