Tuesday, March 27, 2012

My Tantrum, Your Tantrum

Dulu waktu Sachi masih dirawat di perina suster-suster disana sering bilang kalau perasaan ibu dan bayi terkoneksi makanya ibunya sebisa mungkin harus tenang biar bayinya juga tenang. Awalnya saya cuma dengerin nasihat itu sambil lalu sampai akhirnya ketika Sachi dibawa pulang saya baru benar-benar merasakan  kalau nasihat itu benar adanya.

Sachiko mengalami bingung puting sampai kira2 usia 3 minggu setelah itu dia mengalami kolik sampai usia kira-kira 2 bulan 3 minggu. Bisa dibayangkan setelah 3 minggu pertama saya membujuk merayu "menghipnotis" sambil menyendoki Sachi tengah malam, saya harus masuk ke "lubang" berikutnya. Selama 2 bulan hampir setiap malam Sachi terbangun dan menangis histeris kesakitan. Frustasi? Pasti. Setelah berjuang melawan bingung puting sambil menyemangati diri kalau saya belum gagal...saya harus berjuang melawan hal lain lagi bernama kolik. Apalagi si Ayah lebih sering tertidur pulas daripada membantu saya menenangkan anaknya. Terkadang saya seperti kehilangan akal sehat saya...saya memarahi bayi mungil yang sedang kesakitan itu dan kadang seakan ingin "menghukumnya" karena sudah memaksa saya terbangun berjam-jam setiap malamnya. Pernah saya meninggalkan Sachi tanpa sehelai baju di kamar ber AC untuk mengambil popok juga baju baru. Suami saya terbangun dan langsung menegur saya karena bisa se "tega" itu. Namun kadang saya yang bingung malah akhirnya ikut menangis karena merasa gagal tidak bisa menenangkan anak sendiri.

Awalnya saya mengira memang koliknya yang membuat Sachi menangis berjam-jam sampai baru-baru ini...saya sedang merasa kesal dengan seorang kerabat. Saat itu ayahnya masih bekerja jadi saya hanya berdua di rumah alhasil ketika Sachi terbangun saya menggendongnya berusaha menenangkan dan menidurkannya kembali. Tapi apa yang terjadi...dia malah terus menangis histeris hingga akhirnya kelelahan dan tertidur. Di situ saya tersadar...kami memang terkoneksi, ia bisa merasakan saya sedang kesal. Saat itu saya sadar...waktu bergadang malam saat itu ia menangis karena merasa saya kesal dan mungkin ia tahu saya kesal kepadanya atau saat saya sedih karena tidak bisa menenangkannya. Akhirnya saat Sachi tertidur lelap saya menangis sejadi-jadinya sambil membisikkan kata maaf di telinganya. Semoga saja ia mengerti saya tidak pernah benar-benar kesal padanya. Mungkin saya hanya terlalu lelah sehingga emosi bisa mempengaruhi saya.

Bunda loves you baby girl :*

No comments:

Post a Comment